Kamis, 05 Desember 2013

LAPORAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN) DI PANTAI KONDANG MERAK MALANG SELATAN



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
INDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MAKROALGA DI ZONA PASANG SURUT PANTAI KONDANG MERAK
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.
Oleh :
Habibatun Nurisdah    (12620075)
Nabilla Qurrota A       (12620076)                 
Idham Cholid              (12620084)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun maupun akarnya.
Thallophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas dan Thallophyta merupakan tumbuhan yang bertalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur / fungi, bakteri dan ganggang / alga. Yang termasuk golongan Thallophyta adalah ganggang (alga), jamur (fungi), dan lumut kerak (lichenes). Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Alga bereproduksi dengan aseksual dan seksual. Alga ada yang hidup secara soliter dan berkoloni (Aslan, 1991.)
Makro Alga atau disebut juga dengan seaweeds merupakan makhlum hidup dari kingdom plantae yang hidup di laut, makro alga juga masih dibagi menjadi beberapa jenis lagi, sangat banyak sekali sesuatu yang perlu di bahas dalam mengenal alga. Makroalga dapat diklasifikasikan menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris ,yaitu:  Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah barang yang baru lagi. Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan obat tardisional dan bahan makanan. Dengan demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat dimanfaatkan orang untuk kesehatannya. Dan dengan kemajuan teknologi dibidang penelitian rumput laut, maka pemafaatan rumput laut bagi manusia tidak terbatas pada aaspek kesehatan, sudah menjalar kesegala bidang.
Dengan KKL mahasiswa juga dapat melihat kenyataan secara langsung bagaimana keadaan alga di habitatnya, dengan begitu akan menumbuhkan kecintaan kepada alga dan muncul keinginan untuk turut melestarikannya, apalagi sebagai kaum akademis yang memiliki ilmu yang cukup dan mumpuni serta memiliki daya untuk mewujudkannya.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja jenis-jenis alga yang terdapat di pantai Kondang Merak?
2.      Bagaimana habitat makroalga di pantai kondang merak?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui jenis-jenis alga yang terdapat di pantai Kondang Merak
2.      Mengetahui habitat makroalga di pantai kondang merak

1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Pengetahuan tentang dunia laut
2.      Memanfaatkan pembudidayaan botani di laut
3.      Informasi bagi para produsen tentang dunia laut
       
       
  







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput Laut
                 Istilah rumput laut sudah dikenal dalam perdagangan. Istilah ini merupakan terjemahan dari kata “sea weed” (bahasa inggris). Pemberian nama terhadap alga laut bentuk ini sebenarnya kurang tepat, karena apabila ditinjau secara botanis, tumbuhan ini tidak tergolong rumput (graminae), tetapi akan lebih tepat bila kita menggunalkan istilah alga laut benthik-benthik, atau alga benthik saja (Aslan, 1991).
                 Rumput laut yang dalam bahasa inggrisnya disebut “sea weeds” adalah alga makro yang bersifat bentik dan termasuk tanaman tidak berbunga, sehingga merupakan tanaman tingkat rendah (Thallophyta) atau sederhana (Sadhori, 1992) dan tidak dijumpai perbedaan antara akar, batang, dan daun (Aslan, 1991). Sepintas lalu banyak jenis alga yang memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, bahkan juga buah, tetapi itu adalah semu saja (Nontji, 1993).
                 Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus belaka. Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada salah satu thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongious) dan sebagainya. Struktur anatomi tali untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara Eucheuma cottoni, potongan thallus yang melintang mempunyai susunan sel yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis alga baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun famili (Soedarto, 1990).
                 Alga yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai dari zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat tembus. Di perairan yang jernih beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter. Biasanya alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk melekat. Alga banyak ditemukan di terumbu karang, cangkang moluska, potongan kayu dan sebagainya. Adapula yang apabila terlepas dari substrat dassar dapat hidup mengambang di permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas sebagai pelampung seperti Sargassum sp (Nontji, 1993).
                Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada pula yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari kromatofor (chromatophore) menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Atas dasar warna yang dimiliki oleh alga laut, yang berbeda antara satu kelompok dan kelompok yang lain, maka pembagian kelas dari divisi Thallophyta yang artinya tumbuh-tumbuhan berthallus ini mengikuti warna yang dimiliki       (Romimuhtarto,1999).
                 Alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas ini mempunyai kandungan pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang mempunyai nilai ekonomis berasal dari ketiga kelas ini (Nontji, 1993).
                 Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas ini mempunyai kandungan pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang mempunyai nilai ekonomis berasal dari ketiga kelas ini (Nontji, 1993).

a. Alga merah (Rhodophyceae)
                 Warna alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan benda-benda makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali ukurannya. Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thali seperti : merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil biasa bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan sebagai tambahan fikoritrin dan fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya lebih beraneka ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling sederhana adalah bentuk benang bercabang seperti Polysiphonia, yang bersama-sama dengan jenis alga yang lain dinamakan sebagai lumut laut. Alga merah yang memiliki ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m (Soedarto, 1990).
                 Alga ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch). Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran. Contoh : Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Porpiran (Soedarto,1990).
                 Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thalus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thalus). Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak (Soedarto,1990).

b. Alga coklat (Phaeophyceae)
                 Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapat alga berukuran rakasasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih(Soedarto,1990).
                 Saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual. Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta 1-3 ikatan glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat. Mengandung pyrenoid, dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik. Contoh : Sargassum, Hormophysa dan Turbinaris (Soedarto,1990).

c. Alga hijau (Chlorophyceae)
                 Alga ini berwarna hijau karena tidak mempunyai zat warna (pigmen) lain, kecuali hanya klorofil yang berwarna hijau sebagai satu-satunya cel warna yang ada (Sadhori,1992).
                 Ganggang hijau pada umumnya hidup sebagai plankton baik pada air tawar, dan di darat di tempat-tempat yang basah. Ada juga yang tumbuh di atas daun yang hidup seperti halnya jenis Cephaleuros virecens yang hidup menumpang (parasit) pada daun beberapa macam pohon dan semak (Sadhori, 1992).
                  Pada daun  sering dikenal “red rust” yang sangat merugikan tanaman teh tersebut. Jenis yang tersebar yang hidup di laut dikenal sebaga (Ulva lactuca) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai sayuran (Sadhori, 1992).
                 Menurut Dahuri (2003), ada lima parameter lingkungan utama bagi ekosistem rumput laut.
1. Intensitas cahaya
     Intensitas cahaya berpengauh terhadap produksi spora dan pertumbuhan rumput laut. Intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh rumout laut berbeda menurut jenisnya.
2. Musim dan temperature
     Musim dan temperature mempunyai keterkaitan yang erat dan keduanya sangat mempengaruhi kehidupan rumput laut. Pertumbuhan akan terhambat bila temperature rendah dan intensitas cahaya tinggi.
3. Salinitas
     Salintas (kadar garam) yang tinggi yaitu 30-35 ‰ dapat menyebabkan kemandulan bagi Gracillaria verucosa. Pertumbuhan laksimum Gracillaria yang berasal dari atlantik dan pasifik timur terjadi pada salinitas 15 – 30 ‰, dengan titik optimumnya 25%.
4.    Gerakan air
     Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dari algae yang tumbuh pada daerah berombak dann berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempeldengan cpat dan kuat. Smentara itu, algae yang tumbuh didaerh tenang memiliki karakterisik spora yang mengandung lapisan lender, dan memiliki ukuran serta bentuk yang ebih besar. Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan irkulasi zat hara yang erguna unuk perumbuhan.
5. Zat hara
                 Kandungan nutrien utama yang diperlukan algae, seprti nitrogen dan fosfat, sangat berpengaruh terhadap stadia reproduksinya. Apabila kedua usur hara tersebut tersedi, maka kesuburan fgametofit algae oklat (laminaria nigrescence) meningkat.



















BAB III
METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat
KKL (Kuliah Kerja Lapangan) mengenai makroalga dilakukan pada hari sabtu - minggu tanggal 12 – 13 Oktober 2013. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali. Pengamatan I dilakukan pada hari sabtu tepatnya pada pukul 15.30 WIB dan pengamatan II dilakukan pada hari minggu tepatnya pada pukul 06.00 WIB (pada waktu air laut mulai surut). KKL dilakukan di pantai Kondang Merak-Malang Selatan.

2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
            1. Alat dokumentasi
            2. Alat tulis
            3. Mistar
            4. Ice box
            5. Toples
            6. Plastik
            7. Tas kresek

2.2.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
     1. Es
     2. Kertas Label
     3. Formalin
     4. Aquades
     5. Spesies alga

2.3 Langkah Kerja
2.3.1 Pengambilan sampel dan identifikasi alga
     1. Ditentukan tempat pengamatan dengan membuat plot 50 x 50  m
     2. Dicari alga saat laut surut (sore hari)
     3. Diambil sampel alga yang akan ditemukan
     4. Disimpan sampel alga ke dalam ice box yang telah terisi es batu
5. Di ambil sampel alga dari ice box dan dikelompokkan sampel alga sesuai bentuk dan warnanya
6. Diidentifikasi alga sesuai morfologi talusnya dengan menggunakan buku literature tentang alga 
2.3.2 Membuat Herbarium Basah
1. Dibuat larutan untuk mengawetkan alga dengan melarutkan Formalin 20% dengan Aquades menjadi 5 %
2. Diisi toples dengan larutan formalin sebagai pengawet
3. Dimasukkan alga , ditutup toples tersebut dan diberi label nama spesies yang telah diidentifikasi sebelumnya.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Actinotrichia fragilis
4.1.1        Gambar
Hasil penelitian
Anonymous, 2008
Keterangan :
1.      Thallus bulat mengeras permukaan kasar
2.      Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah)
3.      Melekat pada substrat
4.      alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram 
5.      Warna merah muda orange atau kadang-kadang pirang.

4.1.2        Klasifikasi
Divisi   :           Rhodophyta
Kelas   :           Rhodophyceae
Bangsa :           Nemaliales
Suku    :           Galaxauraceae
Marga  :           Actinotrichia
Jenis    :           Actinotrichia  fragilis (Forsskal)
4.1.3        Pembahasan   
Dalam kuliah kerja lapangan di Pantai Kondangmerak ini di dapatkan banyak sekali spesies-spesies alga yang dapat dijumpai, d antara sspesies-spesies yang dapat dijumpai tersebut adalah Actinotrichia fragilis. Cirri-ciri morfologi dari spesies alga ini adalah Thallus bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda orange atau kadang-kadang pirang.
Menurut Fitria (2010),  Actinotrichia fragilis memiliki Thallus bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda orange atau kadang-kadang pirang.
Habitat Actinotrichia fragilis ini Tumbuh pada karang batu mati di rataan terumbu atau di padang lamun yang umumnya selalu terendam air (subtidal). Mempunyai sebaran yang luas. Contoh negara yang menjadi daerah penyebaran Actinotrichia fragilis (Forsskal) anatara lain adalah Djibouti, Jepang, Kenya, Madagascar, Mauritius, Reunion, Africa Selatan, Tanzania, Piliphina, Samudra Pasifik. Warna awal adalah merah setelah pengawetan menjadi cokelat muda (Latifah,2004).
Sejauh ini dari berbagai sumber yang telah dibaca Actinotrichia fragilis (Forsskal) masih belum ada yang memanfaatkan spesies ini. Karena mungkin belum ada yang mempelajari speises ini lebih jauh.
Actinotrichia fragilis berupa ganggang merah dengan cabang sebesar 1 mm. Ganggang ini memiliki panjang mencapai 6 cm. Ganggang ini hidup pada batu karang yang terletak dibagian laut yang lebih dalam. Actinotrichia di manfaatkan sebagai bahan makanan manusia, makanan ternak, sumber protein, dan sebagai obat antibiotik (Estiati,1995).
Actinotrichia fragilis merupakan salah satu spesies dari divisi Rhodophyta. Rhodophyta memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya beberapa jenis yang bersel tunggal. Thallus mempunyai bentuk yang beranekaragam. Sel memiliki plastida yang mengandung klorofil a, d, dan pigmen fotosintetik lainnya yaitu xantofil, fikobiliprotein (fikoeritrin dan fikosianin). Jumlah kedua pigmen ini sangat banyak sehingga menutupi klorofil dan menyebabkan ganggang ini berwarna merah (Suroso,1992).
Semua pigmen berada dalam tilakoid kecuali fikobiliprotein yang terdapat pada bagian permukaan. Pigmen-pigmen ini dapat mengabsorpsi cahaya energi matahari yang kemudian cahaya itu ditransfer ke klorofil a, sehingga adanya pigmen ini mempunyai pengaruh langsung dalam proses fotosintesis (Atmadja,1996).
Cadangan makanan berupa tepung floridae, yaitu suatu karbohidrat dalam bentuk butiran-butiran kecil yang tersimpan dalam sitoplasma dan di luar plastid. Pada beberapa alga juga terdapat gula floridasida galaktosida dan gliserol (Fitria,2010).
Dinding sel terdiri dari selulosa dan polisakarida yang menyerupai lender. Polisakarida ini adalah agar dan keragenan yang menyusun 70% dari berat kering dinding sel. Komponen dinding sel ini sangat menarik dan memiliki nilai komersiil yang sangat tinggi sebagai bahan stabilizer (Latifah,2004).
Reproduksi pada jenis primitif secara aseksual, yaitu dengan cara membelah sel atau dengan spora, sedangkan reproduksi seksualnya belum banyak diketahui. Pada jenis-jenis yang lebih maju umumnya terdapat reproduksi aseksual dan seksual. Sel kelamin jantan dari alga ini tidak berflagel yang disebut spermatium. Spermatium ini secara pasif terbawa oleh arus air, kemudian melekat pada alat kelamin betina (karpogonium). Setelah itu inti dari masing-masing sel kelamin bersatu dan membentuk zigot (Latifah,2004).












4.2  Udotea sp
4.2.1        Gambar
Hasil penelitian
Anonymous, 2008

4.2.2        Klasifikasi
Kingdom         :           Plantae
Divisi               :           Chlorophyta
Class                :           Bryopsidophyceae
Ordo                :           Bryopsidales
Family             :           Udoteaceae
Genus              :           Udotea
Spesies            :           Udotea sp

4.2.3        Pembahasan
Udotea  adalah sala satu alga hijau yang termasuk dalam ordo Bryopsidales dengan  genus Udotea. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, Penampakan alga ini hampir mirip dengan Halimeda hanya mempunyai thalli yang lebih tipis berbentuk lembaran dan tidak membentuk segmen-segmen yang jelas. Bentuknya menyerupai kipas yang berlipat-lipat berwarna hijau pada bagian permukaan (Ali, 2010).
Udotea merupakan golongan divisi Chlorophyta atau Alga hijau yang  merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit (Sulisetjono,2009:65).
Udotea  memiliki beberapa karakteristik yaitu talusnya berbentuk kipas, sedang kalsifikasi, soliter dengan porsi melampirkan pendek tebal memperluas segera menjadi pisau datar berbentuk tali, sering lobed, sangat zonate, dibedakan ke dalam zona terang dan gelap, fleksibel, baik kalsifikasi, melekat pada dasar melalui suatu memanjang , bulat, massa akar. Luas tidak teratur terbagi menjadi beberapa segmen. Daun yang terdiri internal filamen pluriseriate, sangat tegas koheren ke dalam korteks perusahaan. Pada filamen padat bercabang, dengan berbagai teratur ditempatkan pedicellate pelengkap lateral, padat dan fasciculanya  bercabang dan terminating di truncate atau apieces dactyline. Blade sifon konstriksi atas dikotomi tidak ada atau sedikit jarang simetris; pelengkap lateral yang tidak teratur spasi, panjang bertangkai, bercabang dikotom, Apeks ramai, pendek, bulat.
Habitat dari makroalga hijau ini adalah di air laut, biasanya di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun. Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Banyak ditemukan di perairan Kepulauan Nusantara. Tumbuh di daerah terumbu karang umumnya.
Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid (Tjitrosoepomo,2009 :55).
Dalam pemanfaatan secara ekonomis Udotea  masih sangat minim,atau bahkan belum dimanfaatkan. Bila ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain (Ali,2010).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
          Berdasarkan studi lapangan mengenai keanekaragaman alga di zona pasang surut air laut yang telah dilakukan dapat di temukan beberapa spesies yang terdiri dari beberapa divisi. Dan pada studi lapangan ini praktikan membahas mengenai alga dengan divisi Chlorophyta dan Phaeophyta. Yaitu spesies Actinotrichia fragilis,  dan Udotea sp . Dimana spesies alga tersebut memiliki ciri-ciri dan peranan yang berbeda-beda, yaitu:
1.         Jenis-jenis alga yang terdapat di pantai Kondang Merak adalah Padina minor, Gelidiella acerosa, Actinotrichia fragilis, Udotea sp, Turbinaria sp, Cryptonemia undulata, Gracillaria textorii, Sargassum turbinaroides.
2.         Habitat udotea sp berada di air laut, biasanya di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun. Habitat Actinotrichia fragilis ini Tumbuh pada karang batu mati di rataan terumbu atau di padang lamun yang umumnya selalu terendam air (subtidal).















DAFTAR PUSTAKA
Ali,Ashgar. 2010. Constributionto the AlgaFlora (Chlorophyta)offresh waters of Distryc swat. N.W.F.P., Pakistan.Vol 42 no.5. Department of Botany, G.P.G. Jahanzeb College Saidu Sharif Swa.7 November 2011.
Aslan, Laode. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta
Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI
Dahuri, Rokhimin. 2003. Keanekargaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta
Estiati,B.Hidayat.1995. Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Bandung : ITB Bandung
Fitria, eka. 2010. Panduan Pratikum Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Cirebon: Pusat
Guiry, Michael. 2012. Data Base Alga.www.algaebase.org. Diakses pada 22 November 2012
Latifah, eka.2004. Biologi 2. Bandung:Remaja Rosda Karya
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nybakken. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta
Rohmimotarto, Juwana. 1999. Biologi laut. PPP Ose-LIPI. Jakarta
Soediarto. 1990. Budidaya Rumput laut. Djambatan. Jakarta
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Malang.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan ekosistem terumbu Karang. Djambatan . Jakarta
Suroso, A.Y. 1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik Tumbuhan Rendah). Bandung : TARSITO
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridiphyta. Yogyakarta: UGM Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar