LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI
TUMBUHAN RENDAH
INDENTIFIKASI
KEANEKARAGAMAN MAKROALGA DI ZONA PASANG SURUT PANTAI KONDANG MERAK
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.
Oleh :
Habibatun Nurisdah (12620075)
Nabilla Qurrota A (12620076)
Idham Cholid (12620084)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut antara pulau yang satu dengan pulau
yang lain. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut
Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu
algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara
batang, daun maupun akarnya.
Thallophyta adalah
tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas dan Thallophyta
merupakan tumbuhan yang bertalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur /
fungi, bakteri dan ganggang / alga. Yang termasuk golongan Thallophyta adalah
ganggang (alga), jamur (fungi), dan lumut kerak (lichenes). Alga merupakan
kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa
kimianya. Alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti
ini dinamakan talus. Alga bereproduksi dengan aseksual dan seksual. Alga ada
yang hidup secara soliter dan berkoloni (Aslan, 1991.)
Makro Alga atau disebut juga dengan seaweeds
merupakan makhlum hidup dari kingdom plantae yang hidup di laut, makro alga
juga masih dibagi menjadi beberapa jenis lagi, sangat banyak sekali sesuatu
yang perlu di bahas dalam mengenal alga. Makroalga dapat diklasifikasikan
menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris
,yaitu: Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah
barang yang baru lagi. Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai bahan obat tardisional dan bahan makanan. Dengan
demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat dimanfaatkan
orang untuk kesehatannya. Dan dengan kemajuan teknologi dibidang penelitian
rumput laut, maka pemafaatan rumput laut bagi manusia tidak terbatas pada
aaspek kesehatan, sudah menjalar kesegala bidang.
Dengan KKL mahasiswa juga dapat melihat kenyataan secara langsung
bagaimana keadaan alga di habitatnya, dengan begitu akan menumbuhkan kecintaan
kepada alga dan muncul keinginan untuk turut melestarikannya, apalagi sebagai
kaum akademis yang memiliki ilmu yang cukup dan mumpuni serta memiliki daya
untuk mewujudkannya.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
saja jenis-jenis alga yang terdapat di pantai Kondang Merak?
2.
Bagaimana
habitat makroalga di pantai kondang merak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Mengetahui
jenis-jenis alga yang terdapat di pantai Kondang Merak
2.
Mengetahui
habitat makroalga di pantai kondang merak
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Pengetahuan tentang
dunia laut
2. Memanfaatkan pembudidayaan botani di laut
3.
Informasi bagi para
produsen tentang dunia laut
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Rumput Laut
Istilah
rumput laut sudah dikenal dalam perdagangan. Istilah ini merupakan terjemahan
dari kata “sea weed” (bahasa inggris). Pemberian nama terhadap alga laut bentuk
ini sebenarnya kurang tepat, karena apabila ditinjau secara botanis, tumbuhan
ini tidak tergolong rumput (graminae), tetapi akan lebih tepat bila kita
menggunalkan istilah alga laut benthik-benthik, atau alga benthik saja (Aslan,
1991).
Rumput
laut yang dalam bahasa inggrisnya disebut “sea weeds” adalah alga makro yang
bersifat bentik dan termasuk tanaman tidak berbunga, sehingga merupakan tanaman
tingkat rendah (Thallophyta) atau sederhana (Sadhori, 1992) dan tidak dijumpai
perbedaan antara akar, batang, dan daun (Aslan, 1991). Sepintas lalu banyak
jenis alga yang memperlihatkan bentuk luar seperti mempunyai akar, batang,
bahkan juga buah, tetapi itu adalah semu saja (Nontji, 1993).
Bentuk-bentuk
tersebut sebenarnya hanyalah thallus belaka. Bentuk thallus rumput laut ada
bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti
kantong dan rambut dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang dichotomous
(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada salah satu
thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara
berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu
utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga
beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi
atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongious) dan sebagainya. Struktur anatomi tali
untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara
Eucheuma cottoni, potongan thallus yang melintang mempunyai susunan sel yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis alga
baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun famili (Soedarto, 1990).
Alga
yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai dari
zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat tembus. Di perairan yang jernih
beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter. Biasanya
alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir
karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk melekat. Alga banyak
ditemukan di terumbu karang, cangkang moluska, potongan kayu dan sebagainya.
Adapula yang apabila terlepas dari substrat dassar dapat hidup mengambang di
permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas sebagai pelampung seperti
Sargassum sp (Nontji, 1993).
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan
ada pula yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari kromatofor (chromatophore) menyerap
sinar matahari untuk fotosintesis. Atas dasar warna yang dimiliki oleh alga
laut, yang berbeda antara satu kelompok dan kelompok yang lain, maka pembagian
kelas dari divisi Thallophyta yang artinya tumbuh-tumbuhan berthallus ini
mengikuti warna yang dimiliki (Romimuhtarto,1999).
Alga
yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae (alga
hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas
ini mempunyai kandungan pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang mempunyai
nilai ekonomis berasal dari ketiga kelas ini (Nontji, 1993).
Sebagian
besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmen-pigmen dari
kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Alga yang berukuran besar
tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga
coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas ini mempunyai kandungan
pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang mempunyai nilai ekonomis berasal dari
ketiga kelas ini (Nontji, 1993).
a. Alga merah (Rhodophyceae)
Warna
alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan benda-benda
makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali ukurannya. Memiliki
pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan
dapat menimbulkan berbagai warna pada thali seperti : merah tua, merah muda, pirang,
coklat, kuning dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri dari klorofil biasa
bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan sebagai tambahan fikoritrin dan
fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya lebih beraneka
ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling sederhana
adalah bentuk benang bercabang seperti Polysiphonia, yang bersama-sama dengan
jenis alga yang lain dinamakan sebagai lumut laut. Alga merah yang memiliki
ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m (Soedarto, 1990).
Alga
ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch). Dalam dinding
selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran. Contoh : Gracillaria,
Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Porpiran (Soedarto,1990).
Dalam
reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk. Reproduksi seksual
dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di
ujung thalus) dan multiaksial (banyak sel di ujung thalus). Alat perekat (holdfast)
terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak (Soedarto,1990).
b. Alga coklat (Phaeophyceae)
b. Alga coklat (Phaeophyceae)
Warna
alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta karoten,
violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan tumbuhan
laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya berukuran
sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang berbentuk benang
kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus lebar
(Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2 m ),
bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapat alga
berukuran rakasasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang
panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti
sosis yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih(Soedarto,1990).
Saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual. Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta 1-3 ikatan glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat. Mengandung pyrenoid, dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik. Contoh : Sargassum, Hormophysa dan Turbinaris (Soedarto,1990).
Saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual. Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta 1-3 ikatan glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat. Mengandung pyrenoid, dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik. Contoh : Sargassum, Hormophysa dan Turbinaris (Soedarto,1990).
c. Alga hijau (Chlorophyceae)
Alga
ini berwarna hijau karena tidak mempunyai zat warna (pigmen) lain, kecuali
hanya klorofil yang berwarna hijau sebagai satu-satunya cel warna yang ada (Sadhori,1992).
Ganggang
hijau pada umumnya hidup sebagai plankton baik pada air tawar, dan di darat di
tempat-tempat yang basah. Ada juga yang tumbuh di atas daun yang hidup seperti
halnya jenis Cephaleuros virecens yang hidup menumpang (parasit) pada daun
beberapa macam pohon dan semak (Sadhori, 1992).
Pada daun sering dikenal “red rust” yang sangat merugikan tanaman teh tersebut. Jenis yang tersebar yang hidup di laut dikenal sebaga (Ulva lactuca) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai sayuran (Sadhori, 1992).
Menurut Dahuri (2003), ada lima parameter lingkungan utama bagi ekosistem rumput laut.
Pada daun sering dikenal “red rust” yang sangat merugikan tanaman teh tersebut. Jenis yang tersebar yang hidup di laut dikenal sebaga (Ulva lactuca) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai sayuran (Sadhori, 1992).
Menurut Dahuri (2003), ada lima parameter lingkungan utama bagi ekosistem rumput laut.
1. Intensitas
cahaya
Intensitas
cahaya berpengauh terhadap produksi spora dan pertumbuhan rumput laut.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh rumout laut berbeda menurut jenisnya.
2. Musim dan temperature
2. Musim dan temperature
Musim
dan temperature mempunyai keterkaitan yang erat dan keduanya sangat
mempengaruhi kehidupan rumput laut. Pertumbuhan akan terhambat bila temperature
rendah dan intensitas cahaya tinggi.
3. Salinitas
Salintas
(kadar garam) yang tinggi yaitu 30-35 ‰ dapat menyebabkan kemandulan bagi
Gracillaria verucosa. Pertumbuhan laksimum Gracillaria yang berasal dari
atlantik dan pasifik timur terjadi pada salinitas 15 – 30 ‰, dengan titik optimumnya
25%.
4.
Gerakan
air
Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada
substratnya. Karakteristik spora dari algae yang tumbuh pada daerah berombak
dann berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempeldengan
cpat dan kuat. Smentara itu, algae yang tumbuh didaerh tenang memiliki
karakterisik spora yang mengandung lapisan lender, dan memiliki ukuran serta
bentuk yang ebih besar. Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam
mempertahankan irkulasi zat hara yang erguna unuk perumbuhan.
5. Zat hara
Kandungan
nutrien utama yang diperlukan algae, seprti nitrogen dan fosfat, sangat
berpengaruh terhadap stadia reproduksinya. Apabila kedua usur hara tersebut
tersedi, maka kesuburan fgametofit algae oklat (laminaria nigrescence)
meningkat.
BAB III
METODE
PENELITIAN
2.1 Waktu dan
Tempat
KKL (Kuliah Kerja Lapangan) mengenai makroalga dilakukan pada hari sabtu - minggu tanggal 12 – 13 Oktober
2013. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali. Pengamatan I dilakukan pada hari
sabtu tepatnya pada pukul 15.30 WIB dan pengamatan II dilakukan pada hari
minggu tepatnya pada pukul 06.00 WIB (pada waktu air laut mulai surut). KKL
dilakukan di pantai Kondang Merak-Malang Selatan.
2.2 Alat dan
Bahan
2.2.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat dokumentasi
2. Alat tulis
3. Mistar
4. Ice box
5. Toples
6. Plastik
7. Tas kresek
2.2.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Es
2. Kertas Label
3. Formalin
4. Aquades
5. Spesies alga
2.3 Langkah Kerja
2.3.1 Pengambilan sampel dan
identifikasi alga
1.
Ditentukan tempat pengamatan dengan membuat plot 50 x 50 m
2.
Dicari alga saat laut surut (sore hari)
3.
Diambil sampel alga yang akan ditemukan
4.
Disimpan sampel alga ke dalam ice box yang telah terisi es batu
5. Di ambil sampel alga dari ice box
dan dikelompokkan sampel alga sesuai bentuk dan warnanya
6. Diidentifikasi alga sesuai
morfologi talusnya dengan menggunakan buku literature tentang alga
2.3.2 Membuat
Herbarium Basah
1. Dibuat larutan untuk mengawetkan
alga dengan melarutkan Formalin 20% dengan Aquades menjadi 5 %
2. Diisi toples dengan larutan
formalin sebagai pengawet
3. Dimasukkan alga , ditutup toples
tersebut dan diberi label nama spesies yang telah diidentifikasi sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Actinotrichia fragilis
4.1.1
Gambar
|
|
Hasil penelitian
|
Anonymous, 2008
|
Keterangan :
1. Thallus bulat mengeras permukaan kasar
2. Membentuk rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah)
3. Melekat pada substrat
4. alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram
5.
Warna merah
muda orange atau kadang-kadang pirang.
4.1.2
Klasifikasi
Divisi
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Bangsa
: Nemaliales
Suku
: Galaxauraceae
Marga
: Actinotrichia
Jenis
: Actinotrichia fragilis (Forsskal)
4.1.3
Pembahasan
Dalam kuliah
kerja lapangan di Pantai Kondangmerak ini di dapatkan banyak sekali
spesies-spesies alga yang dapat dijumpai, d antara sspesies-spesies yang dapat
dijumpai tersebut adalah Actinotrichia fragilis. Cirri-ciri morfologi
dari spesies alga ini adalah Thallus bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk
rumpun rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada
substrat dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah
muda orange atau kadang-kadang pirang.
Menurut Fitria (2010), Actinotrichia
fragilis memiliki Thallus bulat mengeras permukaan kasar. Membentuk rumpun
rimbun dengan percabangan dichotomus (mendua arah). Melekat pada substrat
dengan alat tempel (holdfast) yang kecil berbentuk cakram. Warna merah muda
orange atau kadang-kadang pirang.
Habitat Actinotrichia fragilis ini Tumbuh pada karang batu mati
di rataan terumbu atau di padang lamun yang umumnya selalu terendam air
(subtidal). Mempunyai sebaran yang luas. Contoh negara yang menjadi daerah
penyebaran Actinotrichia fragilis (Forsskal) anatara lain adalah Djibouti, Jepang, Kenya, Madagascar, Mauritius,
Reunion, Africa Selatan, Tanzania, Piliphina, Samudra Pasifik. Warna awal
adalah merah setelah pengawetan menjadi cokelat muda (Latifah,2004).
Sejauh ini dari berbagai sumber yang telah dibaca Actinotrichia
fragilis (Forsskal) masih belum ada yang memanfaatkan spesies ini. Karena
mungkin belum ada yang mempelajari speises ini lebih jauh.
Actinotrichia fragilis berupa ganggang merah
dengan cabang sebesar 1 mm. Ganggang ini memiliki panjang mencapai 6 cm.
Ganggang ini hidup pada batu karang yang terletak dibagian laut yang lebih
dalam. Actinotrichia di manfaatkan sebagai bahan makanan manusia, makanan
ternak, sumber protein, dan sebagai obat antibiotik (Estiati,1995).
Actinotrichia fragilis merupakan salah satu
spesies dari divisi Rhodophyta. Rhodophyta
memiliki thallus yang bersel banyak (multiseluler), hanya beberapa jenis yang
bersel tunggal. Thallus mempunyai bentuk yang beranekaragam. Sel memiliki
plastida yang mengandung klorofil a, d, dan pigmen fotosintetik lainnya yaitu
xantofil, fikobiliprotein (fikoeritrin dan fikosianin). Jumlah kedua pigmen ini
sangat banyak sehingga menutupi klorofil dan menyebabkan ganggang ini berwarna
merah (Suroso,1992).
Semua pigmen berada dalam tilakoid kecuali fikobiliprotein yang terdapat
pada bagian permukaan. Pigmen-pigmen ini dapat mengabsorpsi cahaya energi
matahari yang kemudian cahaya itu ditransfer ke klorofil a, sehingga adanya
pigmen ini mempunyai pengaruh langsung dalam proses fotosintesis
(Atmadja,1996).
Cadangan makanan berupa tepung floridae, yaitu suatu karbohidrat dalam
bentuk butiran-butiran kecil yang tersimpan dalam sitoplasma dan di luar
plastid. Pada beberapa alga juga terdapat gula floridasida galaktosida dan
gliserol (Fitria,2010).
Dinding sel terdiri dari selulosa dan polisakarida yang menyerupai
lender. Polisakarida ini adalah agar dan keragenan yang menyusun 70% dari berat
kering dinding sel. Komponen dinding sel ini sangat menarik dan memiliki nilai
komersiil yang sangat tinggi sebagai bahan stabilizer (Latifah,2004).
Reproduksi pada jenis primitif secara aseksual, yaitu dengan cara
membelah sel atau dengan spora, sedangkan reproduksi seksualnya belum banyak
diketahui. Pada jenis-jenis yang lebih maju umumnya terdapat reproduksi
aseksual dan seksual. Sel kelamin jantan dari alga ini tidak berflagel yang
disebut spermatium. Spermatium ini secara pasif terbawa oleh arus air, kemudian
melekat pada alat kelamin betina (karpogonium). Setelah itu inti dari
masing-masing sel kelamin bersatu dan membentuk zigot (Latifah,2004).
4.2
Udotea sp
4.2.1
Gambar
|
|
Hasil penelitian
|
Anonymous, 2008
|
4.2.2
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Spesies : Udotea
sp
4.2.3
Pembahasan
Udotea
adalah sala satu alga hijau yang termasuk dalam ordo Bryopsidales dengan
genus Udotea. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di
dasar, Penampakan alga ini hampir mirip dengan Halimeda hanya mempunyai
thalli yang lebih tipis berbentuk lembaran dan tidak membentuk segmen-segmen
yang jelas. Bentuknya menyerupai kipas yang berlipat-lipat berwarna hijau pada
bagian permukaan (Ali, 2010).
Udotea merupakan golongan divisi Chlorophyta atau Alga hijau yang
merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda
dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan
tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan
dibandingkan karoten dan xantofit (Sulisetjono,2009:65).
Udotea
memiliki beberapa karakteristik yaitu talusnya berbentuk kipas,
sedang kalsifikasi, soliter dengan porsi melampirkan pendek tebal memperluas
segera menjadi pisau datar berbentuk tali, sering lobed, sangat zonate,
dibedakan ke dalam zona terang dan gelap, fleksibel, baik kalsifikasi, melekat
pada dasar melalui suatu memanjang , bulat, massa akar. Luas tidak teratur
terbagi menjadi beberapa segmen. Daun yang terdiri internal filamen
pluriseriate, sangat tegas koheren ke dalam korteks perusahaan. Pada filamen
padat bercabang, dengan berbagai teratur ditempatkan pedicellate pelengkap
lateral, padat dan fasciculanya bercabang dan terminating di truncate
atau apieces dactyline. Blade sifon konstriksi atas dikotomi tidak ada atau sedikit
jarang simetris; pelengkap lateral yang tidak teratur spasi, panjang
bertangkai, bercabang dikotom, Apeks ramai, pendek, bulat.
Habitat
dari makroalga hijau ini adalah di air laut, biasanya di zona pasang surut yang
berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun.
Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Banyak ditemukan di perairan Kepulauan
Nusantara. Tumbuh di daerah terumbu karang umumnya.
Cadangan
makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa
tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin
seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam
plastida disebut pirenoid (Tjitrosoepomo,2009 :55).
Dalam
pemanfaatan secara ekonomis Udotea masih sangat minim,atau bahkan belum
dimanfaatkan. Bila ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan
yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni.
Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini pemanfaatan alga
sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal
komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku
industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain (Ali,2010).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan studi lapangan mengenai keanekaragaman alga
di zona pasang surut air laut yang telah dilakukan dapat di temukan beberapa
spesies yang terdiri dari beberapa divisi. Dan pada studi lapangan ini
praktikan membahas mengenai alga dengan divisi Chlorophyta dan Phaeophyta.
Yaitu spesies Actinotrichia fragilis, dan Udotea sp . Dimana
spesies alga tersebut memiliki ciri-ciri dan peranan yang berbeda-beda, yaitu:
1.
Jenis-jenis
alga yang terdapat di pantai Kondang Merak adalah Padina minor, Gelidiella
acerosa, Actinotrichia fragilis, Udotea sp, Turbinaria
sp, Cryptonemia undulata, Gracillaria textorii, Sargassum
turbinaroides.
2.
Habitat
udotea sp berada di air laut, biasanya di zona pasang surut yang berdasar pasir
bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun. Habitat Actinotrichia
fragilis ini Tumbuh pada karang batu mati di rataan terumbu atau di padang
lamun yang umumnya selalu terendam air (subtidal).
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Ashgar.
2010. Constributionto the AlgaFlora (Chlorophyta)offresh waters of Distryc
swat. N.W.F.P., Pakistan.Vol 42 no.5. Department of Botany, G.P.G. Jahanzeb
College Saidu Sharif Swa.7 November 2011.
Aslan, Laode. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius .
Yogyakarta
Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput
Laut di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi LIPI
Dahuri, Rokhimin. 2003. Keanekargaman Hayati Laut. PT.
Gramedia Pustaka. Jakarta
Estiati,B.Hidayat.1995. Taksonomi Tumbuhan
(Cryptogamae). Bandung : ITB Bandung
Fitria, eka. 2010. Panduan Pratikum Taksonomi
Tumbuhan (Cryptogamae). Cirebon: Pusat
Latifah,
eka.2004. Biologi 2. Bandung:Remaja Rosda Karya
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Nybakken. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. PT.
Gramedia Pustaka.
Jakarta
Rohmimotarto, Juwana. 1999. Biologi laut. PPP Ose-LIPI.
Jakarta
Soediarto. 1990. Budidaya Rumput laut. Djambatan. Jakarta
Sulisetjono.
2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Fakultas Sains Dan Teknologi UIN
Malang.
Supriharyono. 2000. Pengelolaan ekosistem terumbu Karang.
Djambatan . Jakarta
Suroso, A.Y.
1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik Tumbuhan Rendah). Bandung :
TARSITO
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridiphyta. Yogyakarta: UGM Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar