Senin, 02 Desember 2013

LAPORAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN) DI HUTAN RAYA CANGAR



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
        Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, setelah Brazil (Anonimus, 2009). Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman tumbuhan, tetapi masih banyak yang belum terungkap secara ilmiah. Hal ini dikarenakan derasnya pemanenan sumberdaya hayati, khususnya penebangan ekosistem hutan dengan berbagai alasan, besar kemungkinan bahwa keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan ini tererosi, bahkan terancam punah (Kartawinata, 2010).
        Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soeryo di Cangar merupakan salah satu kawasan hutan yang potensial untuk habitat dari keanekaragaman tumbuhan lumut. Topografi TAHURA R.Soeryo secara keseluruhan memiliki konfigurasi bervariasi antara datar, berbukit dan gunung-gunung dengan ketinggian antara 1.000-3.000 meter diatas permukaan laut. TAHURA R.Soeryo termasuk tipe C dan D dengan curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun menurut klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson. Suhu udara berkisar antara 5ºC-10ºC (Anonimus, 2007). Pertumbuhan lumut didukung dengan habitat yang lembab, sedangkan di daerah pemandian air panas habitat lumut di dominasi dengan suhu panas. Jenis tumbuhan perintis berpengaruh terhadap sebagian  besar sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Prawito, 2009). Di sekitar mata air panas Cangar banyak ditemukan gua-gua buatan masa pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945 (Anonimus, 2010).
     Komponen penyusun hutan berupa lumut merupakan komponen yang banyak menumbuhi tanah maupun pepohonan di kawasan hutan cangar , karena lumut merupakan salah satu organism primer yang juga menjadi salah satu produsen penghasil oksigen dan menduduki produsen tingkat 1 dalam rantai makanan, Jamur merupakan salah satu jenis  tumbuhan yang banyak dijumpai di alam, sehingga sejak dahulu jamur dijadikan sebagai bahan konsumsi utama. Seiring dengan berkembangnya waktu, telah diketahui bahwa terdapat lebih dari ribuan jamur dengan berbagai jenis. Tidak semua jenis jamur dapat dikonsumsi (edible). Banyak pula jenis jamur yang beracun (poisonous) (Dwi, 2000). sedangkan lichen merupakan salah satu bioindikator pencemaran udara yang sangat peka terhadap lingkungan buruk sehingga adanya lichen disuatu tempat menunjukkan bahwa tempat tersebut udaranya masih bersih dan belum tercemar polusi udara.
   Oleh karena itu pada studi lapangan kali ini kami akan mengambil tempat di kawasan hutan pegunungan cangar kota Batu, malang sebagai obyek penelitian keanekaragaman Fungi, Lichen dan Briophyta agar dapat memahami morfologi, habitat, siklus hidup, reproduksi serta peranannya.
1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
  1. Apasajakah jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar?
  2. Bagaimana klasifikasi dari jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar?
  3. Bagaimana ciri–ciri dan habitat dari jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar?
1.3  Tujuan
Adapun tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan ini diantaranya yaitu:
  1. Mengetahui jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.
  2. Mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.
  3. Mengetahui ciri–ciri dari jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jamur
          Jamur dalam beberapa pustaka masih dimasukkan dalam dunia tumbuhan, yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga untuk hidupnya memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan mengandung zat khitin, yang terdiri dari rangkayan molekul N-acetylglocosamina. Perkembangan belakangan ini seperti yang telah di kemukakan oleh Alexopoulos dan Mims (1979) di beri kerajaan sendiri dan di pisahkan dengan tumbuhan dengan nama Myceteae (Sastrahidayat, 2010).
Fungi adalah komponen biosfer yang sangat sangat besar dan penting. Keanekaragamanrnya menakjubkan: sementara sekitar 100.000 spesies telah di identivikasi, diperkirakan bahwa sebenarnya terdapat tak kurang dari 1,5 juta sepesies fungi. Beberapa fungi khusus bersel tunggal, namun sebagian besar memiliki tubuh multiseluler yang kompleks, yang pada banyak kasus mencakup struktur yang kita kenal sebagai cendawan. Keanekaragaman ini membuat fungi mampu mengolonisasi hamper semua habitat terrestrial yang terbayangkan; sporanya yang terbawa angina bahkan telah ditemukan 160 KM di bawah tanah (Campbell, et al., 2012).
           Fungi tidak hanya beraneka ragam dan tersebar luas, namun juga penting bagi kemakmuran sebagian besar ekosistem terrestrial. Mereka memecah materi organik dan mendaur ulang nutrient, memungkinkan organisme lain untuk mengasimilasi unsur-unsur kimia yang esensial. Manusia memperoleh keuntungan dari jasa fungi pada pertanian dan kehutanan seperti peran pentingnya dalam membuat berbagai produk mulai dari roti hingga antibiotik. Namun benar pula adanya bahwa beberapa fungi menyebabkan penyakit pada tumbuhan dan hewan  (Campbell, et al., 2012).
          Beberapa fungi memiliki hifa terspesialisasi yang memungkinkan mereka menyerap makanan pada tubuh hewan hbidup. Spesies-spesies fungi yang lain memiliki hifa terspesialisasi yang di sebut Haustoria, yang digunakan oleh fungi untuk mengekstraksi nutrient dari atau bertukar nurien dengan inangnya. Hubungan yang saling menguntungkan antara fungi dan akar tumbuhan disebut mikoriza (Mycorhyzae) istilah yang berarti akar (Campbell, et al., 2012).
      Fungi mikoriza dapat meningkatkan pengantaran ion fosfat dan mineral-minertal yang lain ke tumbuhan, karena jejaring miselium fungi yang sangat luas lebih efesien dari akar tumbuhan dalam memperoleh mineral dari tanah. Sebagai gantinya, tumbuhan menyuplai fungi dengan nutrient-nutrien organic seperti karbohidrat. Ada bebrapa tipe fungi mikoriza. Fungi ektomikaryza (ectomycaryzal fungi) memebentuk selubung hifa diatas permukaan akar dan juga tumbuh kedalam ruang ekstraseluler pada korteks akar. Fungi mikoriza arbuskular menunjukkan hifanya yang bercabang-cabang memiliki dinding sel akar dan kedalam tabung yang terbentuk melalui invaginasi (pendorongan ke dalam) membrane sel akar (Campbell, et al., 2012).
            Cendawan atau jamur tidak memiliki kromofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna, tetapi ada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat macam-macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung senyawa N. Talus hanya pada yang paling sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan bukan selulosa (Tjitrosoepomo, 2009).
            Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di bawah sel-sel khusus (askus), jadi merupakan endospore, ada yang di luar basidium, di sebut aksospora. Disamping itu jamur dapat membiak aseksual dengan konidium (Tjitrosoepomo, 2009).
Peranan Fungi dalam Kehidupan sebagai berikut (Campbell, et al., 2012):
a. Fungi Sebagai Dekomposer
       Fungi teradaptasi sebagai decomposer yang baik material organic, termasuk selulosa dan lignin dari dinding sel tumbuhan. Hamper semua substrat yang mengandung karbon bahkan bahan bakar zet dan cat rumah-dapat di konsumsi oleh beberapa jenis fungi. Selain itu, fungi dan bakteri terutama bertanggung jawab untuk mejaga ekosistem agar tetap memiliki persediaan nutrient anorganik yang esensial bagi pertumbuhan tumbuhan.
b. Fungi Sebagai Mutualis
        Fungi dapat membentuk hubungan mutualistic dengan tumbuhan, Alga, sianobakteri dan hewan. Semua hubungan ini memiliki efek ekologis yang besar.
c. Mutualisme Fungi Tumbuhan
      Selain dari fungi mikoriza, simbiotik antara fungi dan tumbuhan yaitu endofit (endhophyte) simbiotik, fungi yang hidup di dalam daun atau bagian tumbuhan yang lain tanpa menyebabkan kerugian. Para saintis telah menunjukkan bahwa endofit menguntungkan rumput-rumputan tertentu dan tumbuhan tak berkayuyang lain dengan membuat toksin yang mengusir herbivore atau meningakatkan toleransi tumbuhan inang terhadap panas, kekerinagn atau logam berat.
d. Simbiosis Fungi-Hewan
      Beberapa fungi berjasa dalam membantu pencernaan hewan, dengan menguraikan material tumbuhan di dalam saluran pencernaan sapi dan mamalia pemamah baik lainnnya. Banyak sepesies semut mengambil keuntungan dari daya disgestif fungi dengan mengembangbiakkannya di dalam pertanian. Semut pemotong daun misalnya menelusuri hutan tropis untuk mencari dedaunan, yang tidak adapt di cerna sendiri namun dedaunan itu di bawa pulang ke sarangnya dan di berikan ke fungi sebagai pakannya. ketika fungi tumbuh, hifanya mengembangkan ujung-ujung mengembung yang terspesialisasi yang kaya akan protein dan karbohidrat. Semut memakan ujung-ujung hifa yang kaya akan nutrient ini. Akibatnya, fungi menguraikan daun tumbuhan menjadi zat-zat yang dapat di cerna oleh serangga, dan mereka juga mendetoksifikasi senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat membunuh atau membahayakan semut.
Selain menguntungkan, sekitar 30% dari 100.000 spesies fungi yang telah di ketahui hidup sebagai parasite atau pathogen, terutama pada tumbuhan. Misalnya Cryphonectria parasitia, fungi askomisetes yang menyebabkan hawar chestnut. Beberapa fungi yang menyerang tanaman pangan juga bersifat toksik bagi manusia, misalnya beberapa spesies tertentu dari kapang askomisetes, Aspergillus mengkontaminasi padi-padian dan kacang-kacangan yang tidak disimpan dengan baik (Campbell, et al., 2012).
2.2 Lichenes
Liken adalah asosiasi simbiotik antara mikroorganisme fotosintetik dan fungi dengan jutaan sel fotosintetik yang disatukan oleh masa hifa fungi (Campbell, et al., 2012). Organisme ini sebenarnya kumpulan antara fungi dan alga, tetapi sedemikian rupa hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan (Tjitrosoepomo, 2009).
liken merupakan jamur yang bersimbiosis dengan alga, dengan jumlah sepesies lebih dari 16.000 spesies yang telah diketahui. Mereka menduduki niche ekologi dan telah merupakan kelompok yang terpisah. Liken biasanya mempunyai patner jamur Ascomycetes atau basidiolichenes (Sastrahidayat, 2010).
liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi. Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi ekstrim seperti di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi [erintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari (Suhono, 2012).
Terdapat sekitar 13.500 sepesies liken di permukaan bumi, yang sebagian besar dipelajari di belahan bumi empat musim. Untuk emmudahnak dalam mempelajarinya, liken di kelompokkan berdasarkan bentuk hidupnya. Ada tiga kelompok, yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Namun, ketiga bentuk ini tidak dapat dijadikan dasar taksonomi liken, karena liken yang tergolong satu suku atau bahkan satu marga dapat berbentuk crustose, foliose, dan fruticose. Banyak ahli liken menambahkan satu ebntuk algi yaitu squamulose. System pengklasifikasian liken masuk dalam system klasifikasi fungi (Suhono, 2012).
Liken diketahui memiliki beberapa manfaat. Organisme ini menghasilkan metabolit sekunder yang ebrperan penting dalam membedakan jenisnya. Penggunaan langsing dari senyawa sekunder ini dapat dilihat pada produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam, senyawa ini berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga membantu ememcahkan substrat batu. Liken mengandung jenis sianobakteri sebagai fotobion yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan. Liken merupakan penyedia makanan untuk kehidupan satwa liar seperti rusa, musang, tupai, tikus dan kelelawar, juga perlindungan bagi beberapa jenis ngengat. Beebrapa jenis burung menggunakan liken fructose untuk sarangnya. Di Jepang liken di rebus dalam sup, dimakan mentah-mentah, dibuat salad, maupun di konsumsi sebagai kudapan. Liken adalah organisme yang sensitive terhadap kerusakan lingkungan sehingga berpotensi digunakan sebagai bioindikator atau biomonitor dari kesetabilan suatu ekosistem (Suhono, 2012).
2.3 Lumut
            Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2007). Ada 24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus; lumut tanduk (Anthocerotopyhta) hanya 500 spesies; dan lumut daun (Bryopsida) memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus (Semple, 1999).
Bryophyta termasuk salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar luas dan merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di atas tanah, batuan, kayu, dan kadang-kadang di dalam air. Lumut hati dan
lumut daun yang hidup menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada umumnya jenis tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab dan terlindung. Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati (Bryopsida), dapat bertahan hidup pada musim kering. Pertumbuhannya mengalami peremajaan jika air tersedia kembali (Tjitrosoepomo, 1984).
Bryophyta yang merupakan tumbuhan tingkat rendah dan salah satu bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak diteliti. Lumut yang hidup menyendiri dan tidak berkelompok akan nampak terlihat tidak menarik, bahkan sering dianggap sebagai penyebab lingkungan kotor. Namun, jika diperhatikan secara seksama beberapa jenis tumbuhan lumut terlihat cukup menarik, baik dari
warna maupun kehidupannya yang berkelompok (Ellyzarti, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
         Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mengenai pengamatan Jamur, Lichenes dan Lumut dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013. Bertempat di Taman Hutan Raya R. Soeryo Malang Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
   3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang di gunakan pada KKL ini adalah :
1. Buku literature                    1 buah
2. Plastik ukuran sedang         1 buah
3. Amplop ukuran sedang       1 buah
4. Kamera                                1 buah
5. Toples                                  8 buah
   3.2.2 Bahan-bahan
            Bahan-bahan yang di gunakan dalam KKL ini adalah:
1.      FAA
3.3 Cara Kerja
Langkah-langkah kerja pada saat Kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) sebagai berikut:
1.    Di cari species dari Jamur, Lichenes, dan Lumut dengan cara mencarinya di sekitar daerah yang di amati misal pohon, batu, dan tanah
2.    Di ambil spesies yang telah di temukan
3.    Di dokumentasikan species yang telah di temukan dengan cara di foto
4.    Di masukkan species yang di peroleh ke dalam wadah plastic atau amplop
5.    Di kumpulkan semua species yang diperoleh pada setiap kelompok
6.    Di identifikasi semua species yang telah di temukan
7.    Dibahas species yang telah teridentifikasi dalam pembuatan laporan




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Polytrichum sp.
4.1.1 Gambar
Gambar pengamatan
Gambar literatur
(J.M. Watanabe, 2010)

 
Keterangan :    1. Filoida
                        2. Stype
                        3. Rhizoid
Klasifikasi Polytrichum sp menurut Aslan,(2001) sebagai berikut:
Kingdom:Fungi
Divisi:Bryophyta
Classis:Briopsida
Ordo:Polytricales
Familia:Polytrichaceae
Genus:Polytrichum
Spesies:Polytrichum sp
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Cangar, didapatkan bahwa Polytrichum sp memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tinggi, memiliki daun semu, tidak terdapat seta dan kaliptra, tinggi thallus kurang lebih 3 cm, warna thallus pada Polytrichum sp ini berwarna hijau dan habitatnya di zona amofibious, sedangkan bentuk thallusnya filoida seperti jarum, Polytrichum ini lebih suka hidup di pinggir sungai, tanah liat, batuan, kayu-kayu kering, lumpur dan gundukan pasir. Biasa disebut lumut haicap atau lumut rambut, memiliki tangkai yang tegak dan bercabang-bercabang, berupa thallus dan mempunyai tangkai sporangium yang berbentuk lonjong bersifat elastis, membentuk koloni yang luas dan membertuk benang dengan batang panjangnya 1-8 cm, batang ini tegak dan biasanya tidak bercabang.
             Polytrichum sp juga memiliki jaringan asimilasi dan jaringan penyimpanan makanan jaringan pembuluh karena tanaman ini  belum sejati, selain itu memiliki tangkai yang tegak dan bercabang-becang, memiliki sporangium yang berbentuk bulat lonjong, berkembangbiakan dengan menghasilkan spora , serta hidup di tempat lembab dan sedikit basah. Polytrichum juga di kenal sebagai lumut jati sama seperti funari, Gennusi daminan adalah gametofit strukturnya hampir sama dengan funaria, untuk gametofitnya dapat di bedakan dari segi struktur seperti daun, batang dan akar. Batang dan daunnya berwarna hijau (ada tulang  daunnya) akarnya masih berupa akar halus rhizoid. Polytrichum sp adalah tumbuhan diesus, antheridium dan arkegonium terdapat pada tumbuhan berlainan, antheridium pada Polytrichum ini terdapat di pucuk tumbuhan jantan, sedangkan arkegonium terdapat di pucuk tumbuhan betina, untuk saprofit matang di beda kepada kaki, seta dan kaki, spora matang di bedakan dengan bantuan alat penyebaran, untuk spora bercambah membentuk  protonema (gametofit muda) dan berkembang menjadi gametofi lengkap.
            Berdasarkan hasil literatur menurut Indriani (2004)  Polytrichum sp secara morfologi tanaman ini memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tingkat tinggi, memiliki daun semu. Terdapat kaliptra  seta yang merupakan tangkai kaliptra serta rhizoid yang menyerupai akar. Kaliptra adalah ujung spora yang menutupi sporangium, kapsul adalah tangkai yang mendukung arkegonium dan antheridium, filoidnya adalah bagian lumut yang menyerupai daun, rhizoid adalah bagian dari lumut yang berfungsi menyerap zat-zat hara, sporangium adalah kotak spora. Pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat lamella yang membujur, Daunnya terdiri atas beberapa lapis sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi Protonema, kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi anteridium yang menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum. Peleburan keduanya menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora.
            Polytrichun termasuk bangsa Bryalas. Mempunyai gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Lumut ini umurnya bisa lebih dari satu tahun, daun-daun sempit, pada sisi perut tulang daun seringkali terdapat lamella yang membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar. Peristom terdiri atas 32-64 gigi. Dari sudut letak sporogoniumnya termasuk yang bersifat akrokarp. Selain spesies Pogonatum cirrhatum, juga terdapat spesies Polytrichum commune dan Georgia pellucid (Tjitrosoepomo, 1994).
             Secara anatomi memiliki jaringan asimilasi dan jaringan penyimpanan makanan.jaringan pembuluh yang belum terdapat karena tanaman ini belum sejati. Tumbuhan ini memiliki alat kelamin berupa anteridium dan arkegonium, pada musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung-ujung cabangnya. Dapat melakukan reproduksi aseksual dengan sel yang disebut gemma (struktur seperti mangkuk yang terdapat di permukaan gametofit) tubuhnya tersusun atas struktur berbentuk hati pipih disebut talus yang tidak terdiferensiasi akar batang dan daun lumut hati. Secara seksual dengan membentuk anteridium dan arkegonium. Secara aseksual, lumut hati melakukan reproduksi dengan sel yang strukturnya menyerupai mangkuk berisi kumpulan tunas di permukaan gametofit. Struktur ini disebut gemma cup. Tumbuhan ini pada umumnya habitatnya di daerah dinding atau berada pada daerah yang lembab.
            Polytricum sp ini dapat digunakan sebagai bahan pembuat kasur yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta dapat di gunakan sebagai tanaman hias. Selain itu manfaat lumut ini bagi manusia sebagai obat hepatitis atau radang hati, dapat di gunakan sebagai bahan bakar (sphagnum) atau atap rumah. Sedangkan manfaat bagi lingkungan mampu merobak struktur batu menjadi tanah, berperan dalam ketersediaan air dan mencegah banjir dalam ekosistem hutan, dapat juga di gunakan untuk menjaga tanah dari erosi dan kekeringan pada musim kemarau.




                       


4.2 Usnea barbata
4.1.2 Gambar
Gambar pengamatan
Gambar literatur

Keterangan :
1.      Substrat
2.      Thallus

Klasifikasi menurut (Suhono, 2012):
Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota
Kelas:  Lecanoromycetes
Bangsa: Lecanorales
Suku:   Parmaliaceae
Marga: Usnea
Jenis: Usnea barbata
4.2.2 Pembahasan
Kata latin barbata berarti jenggot. Tubuh buah jamur ascomycetes ini berbentuk mirip jenggot, karenannya disbut liken jenggot. Penduduk lokal kerap mengenalnya sebagai kayu angin. Faktanya, bukan kayu melainkan jamur. Sebenarnya jamur ini tumbuh secara koloni dengan tubuh buah berbentuk fruktikosa yang berubah batang bercabang dengan warna hijau tua atau hijau muda. Warna hijau ini berasal dari alga hijau yang menjadi simbionnya. Ketika alga hijau tumbuh kurang subur, warna tubuh buah liken ini menjadi agak kelabu (Suhono, 2012).
            Di Indonesia, liken jenggot banyak tumbuh didaerah pegunungan pada ketinggian diatas 1000 m. Umunya jamur ini tumbuh pada batang tanaman, hidup secara epifit. (Suhono, 2012)
Perkembangbiakan dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah. Di dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora. Perkembangbiakan secar aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang terpisah. Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang. (Suhono, 2012)
Secara tradisional, jenis liken ini di mnfaatkan sebagai bahan obat, antara lain untuk mengobati diare, disentri dan pegel linu. Liken ini juga digunakan sebagi anti biotik dan anti jamur pada luka dan pembekakan, serta mengatasi infeksi paru-paru dan TBC. (Suhono, 2012)
Liken jenggot juga dapat di manfaatkan untuk mengobati ikan yang terserang jamur di akuarium, yaitu dengan merendam liken ini di dalamnya. Pada liken jenggot terdapat asam usnik (C18H16O7) dalam konsentrasi tinggi, juga vitamin C. Dari liken ini telah dibuat dengan nama Lipokinetix, digunakan untuk meningkat metabolisme dan menjaga kesetabilan tubuh. (Suhono, 2012)














BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
       Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa spesies yang ditemukan ketika melaksanakan penelitian di Cangar, dapat disimpulkan bahwa:
         1.         Polytrichum sp. memiliki bentuk thalus menyerupai tanaman, melekat pada substrat yaitu tanah, daunnya seperti jarum pipih, panjang talus 3 cm.
         2.         Usnea barbata, merupakan lichen yang termasuk kelompok fruktikose berbentuk seperti jumbai-jumbai, percabangan pendek, habitatnya menempel pada kayu, thalus utama lebih besar dibandingkan thalus cabang, dan berwarna hijau.

5.2 Saran
               Agar pengamatan dilapangan dapat berjalan dengan lancar sebaiknya lokasi yang diambil adalah daerah yang datar dan mudah dijangkau, dan untuk identifikasi sebaiknya digunakan banyak sumber yang dapat membandingkan materi dengan ilmiah.














DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2009.  Manfaat Tumbuhan Lumut Sebagai Obat Alami. Artikel dari situs http://www.google.com//(11 september 2010)
Kartawinata, K. 2010. Dua Abad Mengungkap Kekayaan Flora dan Ekosistem Indonesia.  Bidang Lingkungan,  Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta
Anonimus. 2010 a. Obyek Wisata Alam. Artikel dari situs http://Guajepangcangar.go.id//(10 Oktober 2010)
Anonimus. 2007. Taman Hutan Raya R. Soeryo Jawa Timur. Artikel dari situs http://Dephub.go.id//(10 Oktober 2010)
Prawito, P. 2009. Pemanfaatan Tumbuhan Perintis Dalam Proses Rehabilitasi Lahan Paskatambang Di Bengkulu. Jurnal Ilmu Tanah dan LingkunganVol.9No. 1 p: 7-12. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Dwi,Ahmad.2000.petunjuk praktikum taksonomi tumbuhan  (criptogamae).surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Sastrahidayat, I. R. (2010). MIKOLOGI Ilmu Jamur. Malang: UB Press.
Campbell, Neil A.2003.Biologi Jilid 2 Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga
Suhono, B. (2012). ENSIKLOPEDIA BIOLOGI DUNIA TUMBUHAN RUNJUNG DAN JAMUR. Jakarta: Lentera Abadi.
Tjitrosoepomo, G. (2009). TAKSONOMI TUMBUHAN Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press.
Semple, J. C. 1999. An Introduction to Fungi, Algae, Plants,2thedition, Pearson Custom Publising. Halaman 76-83
Edawua,Nathania E.E.2009.Keanekaragaman Bryophyta di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya R.Soeryo Cangar JawaTimur.Diakses tanggal 25 November 2012 pukul 22.16
Ellyzarti. 2009.  Kekayaan Jenis Tumbuhan Lumut Di Gunung Pesawaran Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila
Aslan, Ahmad.1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Bogor:Citra Karya
Windadri, F. I. 2007. Lumut (Musci) di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe dan Suaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.  Jurnal Biodiversitas, vol : 8 no 3, hal : 197-203. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong
Indriani, Hety dan Sumiarsih, Emi. 1997. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya
Rahmat, Suryani dan Nurhidayat.(2011). Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram. Jakarta; Penerbit AgroMedia Pustaka
Parjimo dan Andoko, Agus .(2004). Jamur. Jakarta; Penerbit Penebar Swadaya
Muchroji.(1997). Jamur Tiram. Jakarta; Penerbit Penebar Swadaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar