LAPORAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN)
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DI KEBUN RAYA
PURWODADI,
PURWODADI
PASURUAN
Dosen Pengampu:
Evika Sandi Safitri, M. P
Ruri Siti Resmmisari, M.Si
Oleh:
Habibatun Nurisdah (12620075)
Nabilla Qurrota A’yunin (12620076)
Idham Kholid (12620084)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menemukan
berbagai macam pepohonan yang secara sengaja atau tidak sengaja kita lihat.
Pepohonan tersebut adalah sesuatu yang tidak asing bagi kita. Walau pun
demikian namun terkadang ada kalanya kita tidak mengetahui nama-nama dari pepohonan
tersebut baik secara nama local atau nama ilmiahnya. Hal ini mungkin karena
kita masih kurang peduli dengan hal tersebut.
Kebun
Raya Purwodadi merupakan Kebun botani (atau taman botani) atau suatu lahan yang
ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi,
penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat). Selain
untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan
pendidikan bagi pengunjung. Arboretum adalah semacam kebun botani yang
mengkoleksi pepohonan. Hal inilah yang mendorong praktikan untuk memilih Kebun
raya Purwodadi sebagai lahan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sehingga sangat cocok
dalam menambah wawasan keilmuwan praktikan dalam keanekaragaman tanaman.
Dalam
Al qur’an dijelaskan dalam surat Al An’am ayat 95
إِنَّ اللّهَ
فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ
الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ ﴿٩٥﴾
095. Sesungguhnya Allah menumbuhkan
butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki
sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
Ayat
diatas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan bebagai macam tumbuhan di bumi
sehingga manusia mampu untuk mempelajari kenekaragaman tumbuhan yang telah
Allah ciptakan. Hal ini juga lah yang membuat manusia harus selalu bersyukur
atas nikmat yang selalu Ia berikan.
KKL
(Kuliah Kerja Lapangan) di Kebun Raya Purwodadi ini sangat perlu untuk dilaksanakan
guna menambah wawasan mengenai berbagai macam keanekaragaman tumbuhan yang ada
disana.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah :
1.
Untuk mengetahui berbagai spesies tumbuhan yang ada
di Kebun Raya Purwodadi
2.
Untuk mengidentifikasi morfologi spesies yang ada
di dalam Kebun Raya Purwodadi secara khusus
BAB II
KONDISI UMUM LOKASI
2.1 Sejarah Kebun Raya Purwodadi
Kebun Raya
Purwodadi adalah sebuah kebun penelitian besar yang terletak di Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia. Luasnya mencapai 85 hektar dan memiliki sekitar 10.000 jenis koleksi
pohon dan tumbuhan (Indrawan, 2009).
kebun raya Purwodadi
didirikan pada tanggal 30 Januari 1941 oleh Dr. Lourens
Gerhard Marinus Baas Becking atas prakarsa
Dr. Dirk Fok van Slooten pada tanggal 30 Januari 1941 sebagai pemekaran dari Stasiun
Percobaan 'S Lands Plantentuin Buitenzorg atau Kebun Raya
Bogor. Kebun ini merupakan salah satu dari tiga cabang
Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor) yang masing-masing memiliki tugas dan
fungsi spesifik. Kedua cabang lainnya adalah Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali. Pengelolaan seluruh Kebun Raya ini berada di bawah tanggung
jawab Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (Indrawan, 2009).
Mula-mula kebun ini
dipergunakan untuk kegiatan penelitian tanaman perkebunan. Kemudian pada tahun
1954 mulai diterapkan dasar-dasar perkebunrayaan yaitu dengan dimulainya
pembuatan petak-petak tanaman koleksi. Sejak tahun 1980 sebagian tanaman ditata
kembali menurut kelompok suku yang menganut klasifikasi sistem Engler dan
Pranti. Dalam perkembangannya diharapkan Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi akan
menjadi pusat konservasi dan penelitihan tumbuhan iklim kering di daerah tropis
(Indrawan, 2009).
Lokasi Kebun Raya ini
terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan. Lokasi ini
terletak di tape jalan besar yang menghubungkan tiga kota yaitu Malang,
Surabaya dan Pasuruan. Jarak dari kota Malang adalah 24 KM ke arah utara, dari kota Pasuruan 30 km ke arah barat daya dan
dari kota Surabaya 65 km ke arah selatan. Berdasarkan hasil
wawancara dapat diketahui bahwa Luas
Kebun Raya Purwodadi sekitar 85 Ha. Terletak pada ketinggian 300 m dpl dengan
topografi datar sampai bergelombang. Curah hujan 23,72 mm (rendah) dengan suhu
22-32º C
2.2 Tugas
Kebun Raya Purwodadi
Tugas utama adalah melakukan inventarisasi, eksplorasi dan konservasi
tumbuh-tumbuhan dataran rendah kering yang mepunyai nilai ilmu pengetahuan dan
ekonomi.
2.3 Fungsi Kebun Raya Purwodadi
Adapun fungsi dari Kebun Raya secara umum adalah sebagai berikut:
1. Melakukan
inventarisasi, eksplorasi dan konservasi ex-situ (di luar habitat asli)
tumbuh-tumbuhan yang mernpunyai nilai ilmu pengetahuan dan ekonomi, langka dan
endemik. Terutama untuk flora Indonesia dari dataran rendah
kering.
2. Menyediakan
fasilitas penelitian, pendidikan dan pemanduan, khususnya di bidang botani.
3. Menyediakan
fasilitas rekreasi atau wisata flora di alam terbuka.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
Kuliah
Kerja Lapangan mata kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan 1 dilaksanakan pada
tanggal 7 Desember 2013, dimulai pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00.
Kuliah Kerja Lapangan ini bertempat di Kebun Raya purwodadi Pasuruan Malang
Jawa Timur.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam kuliah lapang ini, diantaranya :
1.
Buku
literatur 5
buku
2.
Alat
tulis (pensil,bolpoin,kertas) 3 buah
3.
Kamera
2
buah
4.
Koran secukupnya
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam kuliah lapang adalah :
1.
Tanaman
2.
Tanaman
3.
Tanaman
4.
Tanaman
5.
Tanaman
6.
Tanaman
7.
Tanaman
8.
Tanaman
Pohon Gada (Kigelia africana)
9.
Tanaman
Sawo Kecik (Manikara kauki)
10.
Tanaman
Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)
3.3 Cara Kerja
1.
Dicatat
atau meringkas hal-hal yang penting yang berkenaan dengan kuliah lapang ini
dengan menggunakan alat tulis dan buku literatur.
2.
Diamati
sifat morfologi dan kegunaan dari jenis pohon yang dijelaskan oleh guider.
3.
Digunakan
kamera untuk mengambil gambar jenis pohon yang diamati, sebagai dokumentasi
agar dapat mengingat kembali jenis pohon tersebut.
4.
Diambil
sampel dan diletakkan di koran untuk membungkus tanaman untuk diherbarium
kering.
3.4 Metode
Kuliah
lapang mata kuliah Struktur Perkembangan
Tumbuhan I di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan
ini dimulai dengan pengenalan dan sejarah mengenai didirikannya di Kebun
Raya Purwodadi Pasuruan oleh pemandu. Kemudian dilanjutkan dengan berkeliling
di areal di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan untuk mengidentifikasi sifat
morfologi dan kegunaan dari jenis-jenis pohon yang diamati, khususnya
jenis-jenis pohon yang spesimen daunnya digunakan dalam praktikum mata kuliah
Struktur Perkembangan Tumbuhan I. Dalam perjalanan mengelilingi Kebun Raya
Purwodadi Pasuruan ini, dijelaskan dari
satu jenis pohon sampai jenis pohon lainnya mengenai komposisi daun, tata daun,
bentuk daun, bentuk buah dan bijinya, percabangan, bentuk dan sifat batang,
bentuk akar, dll. Kesemuanya itu merupakan sifat morfologi dari pohon. Selain
itu, pola penyebaran, kegunaan dan manfaat dari setiap jenis pohon juga
dijelaskan.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Pohon Kayu Putih (Eucalyptus alba)
a.
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar literatur
|
![]() |
![]() |
b.
Klasifikasi
Pohon Kayu Putih (Eucalyptus alba)
diklasifikasikan sebagai berikut(Wikipedia Indonesia, 2013):
Kingdom: Plantae
Division:
Magnoliophyta
Class:
Magnolipsida
Order:
Myrtales
Family: Myrtaceae
Genus: Eucalyptus
Species:
Eucalyptus alba
c.
Deskripsi
1.
Habitus
Habitus tanaman ini adalah pohon.
Tanaman dikatakan pohon apabila tingginya lebih dari 1,5 m.
2.
Daun
Berdasarkan hasil pengamatan dapt
diketahui bahwa daun pada pohon kayu putih (Eucalyptus alba) termasuk
daun tidak lengkap yaitu daun bertangkai karena hanya memiliki dua bagian dari
bagian daun lengkap yaitu helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus).
Bangun daun (circumscriptio) memanjang (oblongus). Ujung daun (Apex
Folii) pada daun ini adalah runcing (acutus) demikian pula pada
pangkal daunnya (Basis Folii) yaitu berbentuk runcing (acutus).
Tjitrosoepomo (1997) menyatakan bahwa pangkal daun runcing (acutus)
biasanya terdapat pada daun bangun memanjang, lanset, belah ketupat dll.
Tepi daun (Margo Folii)
berombak tidak teratur. Tepi daun berombak (repandus), jika sinus dan
angulus sana-sama tumpul (Tjitrosoepomo, 1997). Susunan tulang daun (nervatio)
menyirip (penninervis), dan terdapat intratepi. Urat daun berbentuk
tangga tali. Daging daun (intervenium) kayu putih adalah seperti
perkamen (perkamenteus) yaitu tipis namun cukup kaku. Termasuk daun
tunggal dan memiliki aroma yang khas.
Menurut literature dalam System
Informasi Tanaman Obat (ff.unair.ac.id, 2013) Tata letak daun pada batang (phyllotaxis)
pada pohon kayu putih (Eucalyptus alba) yaitu folia opposite. Menurut
Samsoeri (1982) folia opposite adalah apabila tiap-tiap buku hanya terdapat dua
daun yamg berhadap-hadapan.
3.
Batang
Batang (caulis) pada pohon
kayu putih berbentuk silindris, berkayu. Berwarna cokelat dengan kulit
batangnya yang mengelupas (ciri khas dari pohon ini). Pohon kayu ini termasuk
tumbuhan dikotil dengan cirinya berkayu dan berakar tunggang. Percabangan pada
pohon ini termasuk percabangan tipe simpodial yaitu batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan
pertumbuhannya atau kalah besar atau kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan
dengan cabangnya (Samsoeri, 1982).
4.
Bunga
Bunga pada tanaman ini merupakan
bunga tidak lengkap tetapi merupakan bunga sempurna. Tidak lengkap karena tidak
memiliki mahkota bunga (corrola). Bunga kayu putih (Eucalyptus alba)
hanya terdiri dari kelopak (calyx), benang sari (stamen), dan
putik (pistill).
Bunga kayu putih memiliki kedua alat
kelamin jantan dan betina yaitu benang sari dan putik. Bunga yang seperti ini
dinamakan bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus). Bunga ini
serimg dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap (Tjitrosoepomo,1997).
5.
Buah
(fructus)
Pada pengamatan buah tidak melihat
secara langsung karena pohonnya yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara buah
kayu putih mempunyai ukuran yang kecil sekitar 0,5 cm. buah menyerupai kelampok
dan bertangkai pendek. Dalam literatur System Informasi Tanaman Obat(ff.unair.ac.id,
2013) disebutkan bahwa buah kayu putih mempunyai tipe buah drupa berbentuk lonceng dengan ukuran 6-7 mm dan berwarna hijau kecokelatan.
d.
Habitat
Tumbuhan
ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula
diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.Minyak kayu putih mudah menguap.
Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat
membauinya dari jarak yang cukup jauh (Wikipedia Indonesia, 2013).
e.
Cara Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pohon kayu putih
secara generative dilakukan melalui penyerbukan (pollinatio) dan
terjadilah pembuahan (fertillisatio). Yang dinamakan penyerbukan ialah
jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (pada tumbuhan biji tertutup) atau
jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (pada tumbuhan yang berbiji
telanjang), sedangkan pembuahan adalah perkawinan sel telur yang terdapat dalam
kandung lembaga da dalam bakal biji dengan suatu inti yang berasal dari serbuk
sari (Tjitrosoepomo, 1997). Perkembangbiakan secara vegetative dapat dilakukan
melalui penyemaian biji atau teknik lainnya seperti cangkok dan lain
sebagainya.
4.2
Gondoruso (Gendarussa vulgaris)
a. Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar literatur
|
![]() |
![]() |
b. Klasifikasi
Gondoruso (Gendarussa vulgaris) diklasifikasikan sebagai
berikut (plantamor.2012):
Kingdom: Plantae
Division: Magnoliophyta
Class:
Magnoliopsida
Order: Lamiales
Family: Acanthaceae
Genus:
Gendarussa
Species:
Gendarussa vulgaris
c. Deskripsi
1. Habitus
Habitus Gondoruso (Gendarussa vulgaris) adalah perdu, herba
tinggi mencapai 1, 25 meter.
2. Daun
Daun Gondoruso termasuk daun
tunggal. Bentuk daunnya lancet (lanceolatus). Termasuk daun tidak
lengkap yaitu daun bertangkai. Dengan tata letak daun pada batang (phillotaxis)
Folia opposite. Menurut Samsoeri (1982) folia opposite adalah apabila tiap-tiap
buku hanya terdapat dua daun yamg berhadap-hadapan. Daun ini mempunyai tepi
daun (margo folii) integer, pangkal daun (basis folii) dan ujung
daun (apex folii) runcing. Permukaan daun atas berwarna hijau tua
sedangkan permukaan atas berwarna hijau tua pucat. Tekstur daunnya licin.
Tulang daun primer jelas menyirip sedangkan yang primer membentuk tangga tali.
Memiliki daun penumpu kecil dekat pangkal daun.
4.
Batang
Batang Gondoruso berbentuk
silindris, berbuku-buku dengan setiap buku terdapat dua tangkai daun yang
saling berhadapan. Berwarna cokelat gelap keunguan. Dengan percabangan simpodial.
Tanaman ini berakar tunggang.
5.
Bunga
Bunga Gendarussa vulgaris berwarna
ungu. Termasuk planta multiflora karena dalam satu tumbuhan terdapat
banyak bunga (Tjitrosoepomo. 1997). Bunga tumbuh di bagian ketiak daun (flos
axillaris/ lateralis) dengan bagian-bagian berikut: tangkai bunga (pedicellus),
kelopak bunga (calyx), Mahkota bunga (corolla), Benang sari (stamen)
dan putik (pistill). Dari bagian-bagian tersebut maka bunga ini termasik
bunga lengkap dan sempurna. Bunga ini mempunyai rumus bunga * ♀♂ E2, K5, C(5),
A5, G1 dengan bakal buah hemiinferus.
6.
Buah
Gendarussa
vulgaris tidak memiliki buah.
d. Habitat
Tanaman ini tumbuh
liar di hutan dan sering dijumpai sebagai tanaman pagar.
e. Cara perkembangbiakan
bunga ini termasuk bunga sempurna yang bisa melakukan
perkembangbiakna dengan cara penyerbukan.
4.3 Kembang Sepatu Mahkota Belah (Hibiscus scizopetallus)
a. Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar literatur
|
![]() |
![]() |
b. Klasifikasi
Hibiscus schizopetalus diklasifikasikan
sebagai berikut (Wikipedia Indonesia, 2013):
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Hibiscus
Spesies: Hibiscus Schizopetalus
c. Deskripsi
1. Habitus
Hibiscus
Schizopetalus merupakan perdu,
menahun, tegak atau sedikit merunduk, tinggi 2-3 meter.
2. Daun
Termasuk
daun tunggal, duduknya tersebar (folia sparsa), berseling, mempunyai
daun penumpu (stipula), tangkainya
silindris, panjang 3-5 cm, warna coklat keunguan, helaian daun berbentuk
oval sampe lonjong, panjang 5-8 cm, lebar 3-5 cm, ujung dan pangkal runcing,
tepi bergerigi, pertulangan daun menyirip, permukaan kasar, berwarna hijau tua.
Serat daun berjala dan mengelauarkan lender (cirri khas tanaman ini). Daun
tanaman ini mempunyai rumus daun ½ artinya dalam satu lingkaran terdapat dua daun
yang dilewati (Hidayat, 1995).
3. Batang
Batang berbentuk bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar,
warna coklat kehitaman. Tanaman ini berakar tunggang.
4. Bunga
:
Bunganya sangat khas meskipun bentuknya menyerupai bunga kembang
sepatu. Posisi bunga selalu menggantung ke bawah karena tangkainya panjang.
Ujung ginofornya membelok ke atas. Kelopak bunga berwarna merah dengan tepi
bercuping ke dalam tajam, sehingga seperti disobek-sobek. Tumbuhan ini belum
dimuliakan sehingga warna petalnya selalu merah (Soerianegara, I, & A.
Indrawan, 1978).
Bunganya tunggal, diketiak daun, berkelamin ganda, kelopak bentuk
tabung, ujung bercangap 5, hijau, benangsari dan putik menjuntai, tersusun
dalam tangkai yang panjangnya 5-8 cm, warna merah, duduk di tengan cawan bunga,
bakal buah menumpang, mahkota berlepasan, bentuk tidak simetris, halus, panjang
5-10 cm, warna merah. Termasuk planta multiflora. Rumus bunga pada
tumbuhan ini adalah ↑♂♀ K2, C5, A(banyak), G5.
5. Buah
Merupakan buah berkendaga, beruang 5, bentuk bulat telur dengan
ujung yang runcing, permukaan kasar, panjang 1-2 cm, warna hijau. Biji: Bentuk lanset,
kecil, jumlah banyak, berwarna coklat
6. Habitat
Merupakan tumbuhan yang umum di
budidayakan dipinggir-pinggir jalan, kebun atau untuk pagar. Tumbuh dari
dataran rendah sampai menengah dati ketinggian 200 m sampai 800 m diatas
permukaan laut. berbunga pada bulan juni - september
e. Cara perkembangbiakan
berkembangbiak dengan penyerbukan antara serbuk sari dengan kepala
putik dan dilanjutkan dengan pembuahan. Secara vegetative bisa dilakukan dengan
biji.
4.4 Melati Air (Echinodorus radicans)
a. Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar literatur
|
![]() |
|
b. Klasifikasi
Echinodorus radicans diklasifikasikan sebagai berikut (Plantamor,
2012):
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Famili: Alismataceae
Genus: Echinodorus
Spesies: Echinodorus radicans
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Alismatales
Famili: Alismataceae
Genus: Echinodorus
Spesies: Echinodorus radicans
c. Deskripsi
1. Habitus
Tanaman ini termasuk
tanaman air (herbacium). Tinggi dapat mencapai 2 meter.
2. Daun
Daun
melati air mempunyai bentuk seperto jantung (cordatus), dengan susunan
tulang daunnya melengkung. Ujung daunnya membulat, pangkal daunnya berlekuk,
dan tepi daunnya rata. Daging daunnya (intervenium) seperti perkamen (perkamenteus),
tipis tetpi cukup kaku (Bangun, 2002).
3. Batang
Batang silindris berwarna hijau. Percabangan di bawah tanah (batang
tinggal). Berakar serabut. Termasuk tumbuhan monokotil.
4. Bunga
Bunga Melati Air bunganya hampir sama dengan bunga melati biasa,
tapi sangat suka sama air (Water Addict). Tanaman ini punya banyak kelebihan.
Selain rajin berbunga tak kenal musim, melati air juga punya bentuk daun yang
eksotis, makin ke atas makin melebar. Bunga ini akan mekar pada saat pagi hari
dan akan kembali menguncup pada sore hari. Bunga Ini tidaklah manja dan tidak
memerlukan penanganan khusus dikarenakan tanaman ini sangat gampang untuk
hidup.
Rumus bunga melati air berdasarkan hasil pengamatan adalah:
*♂ K3, C3, A28.
5. Buah
Bunga melati air tidak memiliki buah.
d.
Habitat
Tamana ini tumbuh subur di tempat
yang berair (Water Addict).
e.
Cara Pengembangbiakan
Bunga melati air berwarna putih dan muncul sepanjang
waktu. Bunga inilah yang digunakan untuk perbanyakan. Setelah mekar dan keluar
tunasnya, kemudian keluar daun. Daun ini lalu dipotong dan ditancapkan ke media
tanam. Satu pucuk bisa berisi 3 tunas. Bisa langsung ditanam sekaligus, bisa
pula dipecah satu-satu. Yang harus diingat, kadar stres melati air cukup
tinggi. Bila ingin memecah bunga, sebaiknya hati-hati. Kalau dipecah, pasti
stres, meskipun tidak sampai mati. Paling daunnya hangus atau kering dan kita
berharap ke daun baru untuk keluar tunas baru. Daun yang stres ini sebaiknya
dipotong, sementara tunasnya langsung ditanam, tidak perlu dipecah-pecah. Hal
ini supaya ketika satu rusak, daun lainnya masih bisa berkembang dan bagus
tampilannya (Soerianegara, I, & A. Indrawan,
1978).
4.5
Tipa (Typha angustifolia)
a. Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar literature
|
![]() |
![]() |
b.
Klasifikasi
Typha
angustifolia diklasifikasikan sebagai berikut (Wikipedia
Indonesia,2013):
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Typhales
Famili : Typhaceae
Genus : Typha
Spesies: Typha angustifolia
L.
c.
Deskrisi
1.
Habitus
Merupakan tumbuhan yang paling primitive. Tinggi 1-2,5 meter.
2.
Batang
Tinggi 3- 6 kaki. Bersifat kayu dan tidak basah. Tegak, tidak
bercabang. Meruncing ketika mendekati struktur bunga. Batang berwarna hijau
muda hingga tua
3.
Daun
Daun berwarna hijau, Daun tunggal berbentuk leper, tirus memanjang
keatas secar melurus. Ujung daun runcing, Tulang daun sejajar & tepi daun
rata, Daunnya ramping menyerupai pita, Tumbuh tinggi sejajar dengan tangkai Batang.
4.
Bunga
Panjang bunga ± 15-20 cm
Bunga betina & jantan berbentuk silindris berwarna coklat mirip ekor
kucin. Bunga jantan terletak di atas bunga betina dengan ukuran lebih kecil.
Bila serbuk sari bunga jantan jatuh di bunga betina yang sudah matang akan
terjadi penyerbukan secara alami. Bunga tumbuh lurus di ujung tangkai yang
panjang.
d.
Habitat
Habitanya di
rawa- rawa, kolam dan margin laut, muara pantai laut, saluran irigasi dan
daerah sungai.
e.
Cara perkembangbiakan
Perkembangbiakan dengan cara penyerbukan. Bila serbuk sari bunga
jantan jatuh di bunga betina yang sudah matang akan terjadi penyerbukan secara
alami.
4.6
Sempur Bunga Kuning (Dillenia suffriticosa)
a.
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar
Hasil Pengamatan
|
Gambar
literatur
|
![]() |
![]() |
b.
Klasifikasi
Sempur Bunga Kuning (Dillenia suffriticosa) diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Dilleniales
Famili: Dilleniaceae
Genus: Dillenia
Spesies: Dillenia suffruticosa
c.
Deskripsi
1.
Habitus
: pohon atau disebut juga small tree karena ukurannya tidak begitu tinggi.
2.
Daun
Daun tersebar (folia sparsa) dengan rumus daun 2/5. Tulang
daunnya menyirip. Daun berupih memeluk batang. Berbentuk bulat telur. Jika daun
sudah tua stipula akan lepas. Ujung dan pangkal daun membulat, tepi bergerigi.
Daging daun perkamen.
3.
Batang
Batang berbentuk silindris berwarna cokelat. Berkayu (dikotil).
Percabangan simpodial. Berakar tunggang.
4.
Bunga
Bunga sempur ini termasuk folia
mixta yaitu meperlihatkan sifat bunga majemuk dan bumha tunggal(Bangun,
2002). Bunga ini akan kembali kuncup jika terbuahi dan kembali mekar lagi
menjadi berwarna merah. Bunga ini termasuk bunga lengkap dan sempurna dengan
rumus bunga sebagai berikut *♂♀ K5. C5, A(banyak), G (banyak).
d.
Habitat
Terutama di hutan sekunder atau dalam pembukaan lahan di
hutan-hutan tidak terganggu, di tanah podsolik dari tropis serta sepanjang
sungai. Kebanyakan pada aluvial (tanah aluvial) seperti Rawa, hutan bakau, tepi
sungai, tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan pegunungan. (Corner,
1940).
e.
Cara Perkembangbiakan
Berkembang biak secara mandiri dengan cara penyerbukan. Serta biji
sebagai alat perkembangbiakan vegetative.
4.7
Sempur Filipina (Dillenia philipinensis)
a.
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar
Hasil Pengamatan
|
Gambar
literatur
|
![]() |
![]() |
b.
Klasifikasi
Sempur Filipina (Dillenia philipinensis) diklasifikasikan
sebagai berikut (Plantamor, 2012):
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo: Dilleniales
Famili:
Dilleniaceae
Genus:
Dillenia
Spesies:
Dillenia philippinensis
c.
Deskripsi
1.
Habitus
Pohon, perdu atau liana; biasanya mengandung falvonolmirisetin(
yang jarang pada Magnoliidae ), bertanin biasanya dengan asam ellagat dan
proantosianin, tanpa sel-sel minyak
atsiri dan kebanyakan tanpa alkaloid (Dasuki, 1991).
2.
Daun
Daun Tunggal, tersebar, lonjong, tepibergerigi, ujungruncing,
pangkaitumpul, panjang 20-30 cm, lebar 15-20 cm, tangkaisilindris, panjang 5-7
cm,pertu- langanmenyirip, hijau. Dauntunggal, tersebar, jarangberhadapan;
stipulatidakadaatausepertisayapmenempelpada petioles (Brotowijoyo,1989).
3.
Batang
Batang berbentuk silindris berwarna cokelat. Berkayu (dikotil).
Percabangan simpodial. Berakar tunggang.
4.
Bunga
Bunga tunggal atau dalam simosa atau rasemus, kuning atau putih,
biseksual; sepal 5, imbrikatus, persisten; petal 5, imbrikatus, cepat jatuh;
stamen banyak; ginaesium dengan ovarium superus, beberapa sampai banyak karpel,
ruang banyak, ovul 1-lebih tiap karpel (Dasuki, 1991).
5.
Buah
Buah Buni, bulat, putih kehijauan. Biji Bulat, pipih, diameter ± 0,5 cm, coklat, majemuk.
Buah baka atau folikulus; biji dengan endosperm.
d.
Habitat
Kebanyakan pada aluvial (tanah aluvial) seperti Rawa, hutan bakau,
tepi sungai, tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan pegunungan.
(Corner, 1940).
e.
Cara Perkembangbiakan
Berkembang biak secara mandiri dengan cara penyerbukan. Serta biji
sebagai alat perkembangbiakan vegetative.
4.8 Pohon Gada (Kigelia africana)
a. Gambar/Foto Hasil Pengaamatan
Hasil
Pengamatan
|
Literatur
|
![]() |
![]()
(Dalimarta,
2000)
|
![]() |
![]()
(Dalimarta,
2000)
|
![]() |
![]()
(Dalimarta,
2000)
|
![]() |
![]()
(Dalimarta,
2000)
|
b. Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Magnoliophyta
Classis
Magnoliopsida
Ordo
Scrophulariales
Famili
Bignoniaceae
Genus
Kigelia
Spesies
Kigelia africana
c. Deskripsi
1. Akar
Berdasarkan hasil pengamatan pada pohon Gada bahwa akar pada pohon Gada
termasuk pohon dikotil atau berakar tunggang. hasil kkl di kebun raya
purwodadi, pasuruan didapatkan bahwa pada batang pohon gada Batang berkayu
tumbuh authotrop. Cabang simpodial plagiotrop. Sedangkan pada akr pohon gada
adalah Akar tunggang jenis banir.
Nama genus
berasal dari nama bantu Mozambik , kigeli - keia , sedangkan nama umum pohon
sosis mengacu pada panjang buahnya , pohon sosis.Ini adalah pohon yang tumbuh
hingga 20 m . Kulit berwarna abu-abu dan halus pada awalnya , mengupas jika
pohon tua . Hal ini pada kulit dapat setebal 6 mm pada cabang 15 - cm . Kayunya
pucat coklat atau kekuningan,tidak rentan terhadap retak.
2. Daun
Hasil kkl di kebun raya purwodadi, pasuruan didapatkan bahwapada
daun pohon gada ini Bangun daun jorong ( 2 : 1 ). Ujung daun runcing. Pangkal
daun membulat. Tulang daun menyirip. Tepi daun rata.Termasuk daun majemuk
menyirip ganjil. menurut (Tjitrosoepomo,2005) mentayakan bahwa daun majemuk
ganjil adalah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu
tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati bilangan yang
benar-benar gasal jika anak daun berpasangan. Sedang di ujung ibu tangkai
terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar daripada
yang lainnya).
3.
Bunga
Hasil kkl di kebun raya purwodadi, pasuruan didapatkan bahwapada
bunga gada termasuk Bunga majemuk.tangkai ibu perbungaan hampir dua (2) meter
menggantung kebawah. Termaksud bunga aksilar atau bunga ketiak. Menurut
(Tjitrosoepomo,2005) menyatakan bunga majemuk yaitu pada suatu cabang dengan
sejumlah bunga di ketiak jelas kelihatan, bahwa diantara bunga-bunganya yang
terdapat pada cabang itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk
asiimilasi. Pada suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga-bunga yang
telah berkelopak itu tidak lagi berdaun, atau jika ada daunnya, daun-daun tadi
telah mengalami metamorfosis dan tidak lgi berguna sebagai alat untuk
asimilasi. Walaupun demikian menurut kenyataan nya seringkali tidak mudah untuk
membedakan suatu bunga majemuk dari cabang yang mempunyai bunga-bunga di ketiak
daunnya.
4.
Buah dan Biji
Hasil kkl di kebun raya purwodadi, pasuruan didapatkan bahwa pada
buah Lapisan eksokarp mengeras. Panjang buah kurang lebih 50 cm. Lingkar buah
35,5 cm. Filotaksis atau tata letak daun berhadap berkarang semu. biji pada
pohon gada terletak di dalamnya buah.menurut (suganda,her,2011) menyatakan
buahnya menggelantung seukuran betis kaki manusia dewasa dengan panjang sekitar
20-30 cm selalu menarik perhatian karena bentuknya mirip sosis. Ditempat
asalnya, buah pohon ini merupakan makanan jerapah.
5.
Habitat
Berdasarkan hasil pengamatan pada pohon Gada, bahwa pohon Gada
habitatnya termasuk tumbuhan dataran rendah karena dia bisa hidup didaerah
tropis yang cukup dengan sinar matahari.Karena pada tempat utamanya di kebun
raya purwodadi, pasuruan ini terletak di dataran rendah yang ketinggiannya
sudah 300 m. Yang termasuk Kebun botani. Menurut dasar teori (Indrawan, 2009) kebun botani (atau taman
botani) adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan
untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi ex-situ (di luar habitat).
Selain untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan
pendidikan bagi pengunjung. Arboretum adaalh semacam kebun botani yang
mengkoleksi pepohonan.
6.
Perkembangbiakan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pohon Gada ini bahwa
perkembangbiakannnya yaitu secara genaratif atau seksual. Yaitu dengan
menggunakan bunganya untuk reproduksinya. Ini sesuai yang dikatakan (Campbell, N. A. 1993) menyatakan
bahwa Proses reproduksi seksual memerlukan gamet jantan dan betina. Proses
perkawinan tumbuhan berbiji diawali oleh proses penyerbukan dan dilanjutkan
dengan proses pembuahan.
4.9 Sawo Kecik (Manikara kauki)
a. gambar/foto Hasil
Pengamatan
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literature
|
![]()
Pohon sawo kecik
![]()
Daun sawo kecik
|
![]() ![]() |
b. klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo : Ebenales
Famili :
Sapotaceae
Genus :
Manilkara
Spesies : Manilkara
kauki
c. Deskripsi Tanaman
1.
Batang
Manikara kauki atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama
sawo kecik merupakan tumbuhan yang
tergolongdalam jenis pohon karena batangnya berkayu (lignosus), dan mampu untuk
tumbuh tinggi dan membesar. Pohon ini memiliki getah berwarna putih. Batang
dari sawo kecik bertekstuk keras dan tumbuhnya tegak lurus ke atas. Percabangan
pada batang tumbuhan ini tergolong monopodial. Adapun yang dimaksud percabangan
monopodial menurut Tjitrosoepomo (2009) yaitu jika batang pokok selalu tampak
jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya.
2.
Daun
Daun
sawo kecik berbentuk jorong dengan ujung dan pangkal yang sama-sama tumpul.
Permukaan daun bagian atas berwarna hijau sungguh sedangkan permukaan bawah
berwarna hijau keputihan. Pertulangan daunnya menyirip atau penninervis yang
menunjukkan tumbuhan ini termasuk tumbuhan dicotil. Tepi daunnya rata (integer)
dan daun-daunnya termasuk daun tunggal (folium simplex).
3.
Bunga dan Buah
Pengamatan terhadap manikara kauki yang ada di Kebun Raya Purwodadi
tidak pada waktu berbunga atau berbuah, namun deskripsi mengenai buah dan bunga
sawo kecik dijelaskan oleh Pak Matrani (Pemandu wisata) bahwa bunga (flos) pada tanaman Sawo Kecik (Manilkara
kauki) merupakan bunga majemuk, di ketiak daun (flos axillaris), menggantung, berkelamin dua, karangan bunga tiga
sampai delapan, daun kelopak bulat, benang sari sekitar enam, putik menjulang
ke luar, mahkota bentuk tabung, bertajuk berwarna kuning muda. Sawo kecik
memiliki buah berbentuk seperti bulat telur. Buahnya tergolong kedalam buh
sejati tunggal berdaging kategori buah buni. Buah buni (bacca) ialah buah yang
dindingnya mempunyai dua lapisan,ialah lapisan luar yang tipis agak menjangat
atau kaku seperti kulit (belulang) dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan
berair seringkali dapat dimakan (Tjitrosoepomo, 2009).
4.
Akar
Disebutkan pula oleh Pak Matrani bahwa perakaran sawo kecik ini
adalah perakaran tunggang. Menurut Tjitrosoepomo (2009), system perakaran
tunggang ialah jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil.
Dari suatu riset yang dirangkum oleh Aqualdo (2012), menyebutkan
bahwa sawo kecik yang memiliki nama latin Maniikara kauki dapat menyerap CO2
sebanyak 36,19 kg per pohon setiap tahunnya. Oleh karena itu, pohon sawo kecik
dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan pelindung dan juga buahnya dapat di
konsumsi.
5.
Habitat
Habitat dan
Persebaran Sawo Kecik ( Manilkara
kauki ) ini diperkirakan berasal dari India serta tersebar dan banyak
dibudidayakan di kawasan Asia Tropis dan Amerika Tropis. Di Indonesia, Sawo
Kecik meskipun sudah mulai langka karena mulai jarang yang membudidayakan,
namun masih dapat ditemui di seluruh Indonesia kecuali di Kalimantan.
Sawo
kecik tumbuh subur di daerah pesisir ( pantai ) yang beriklim kering hingga
daerah berketinggian sekitar 500 meter dpl. Untuk itu, sawo kecik dapat tumbuh
dengan baik di kebun raya purwodadi yang letaknya berada pada ketinggian 300
dpl. Pohon langka ini sering ditanam sebagai pohon peneduh, pohon buah (untuk
dikonsumsi buahnya), dan sebagai pohon ornament yang biasa ditanam di dekat
kuil atau istana.
Sawokecik dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah, namun umumnya pohon ini tumbuh baik pada tanah yang memiliki
aerasi dan draenase yang baik serta tidak tergenang air dengan pH tanah sekitar
6. Sawokecik umumnya dijumpai pada daerahdaerah di dekat pantai yang kondisi
tanahnya berpasir serta daerah-daerah berbatu karang dan hutan musim (Sidiyasa,
1998).
4.10 Kecombrang
(Nicolaia speciosa Horan)
a. Gambar Hacil Pengamatan
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literatur
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
b. Klasifikasi Tanaman Kecombrang
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Liliopsida
(Berkeping satu / monokotil)
Ordo :
Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Nicolaia
Spesies : Nicolaia
speciosa Horan
c. Deskripsi
1.
Tanaman Kecombrang
Tanaman
kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) adalah sejenis tanaman rempah dan
merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna. Kecombrang Nicolaia spesiosa Horan) mempunyai nama lain
kincung (Medan), Siantan (Melayu),
kaalaa (Thai), honje (Sunda), bongkot (Bali), bunga kantan (Malaysia). (Anonim
2010)
Bunga kecombrang tumbuh dan berkembang
dengan baik bila ditanam di tempat yang relatif ternaungi, tanahnya beraerasi, berdrainase baik, cukup
air dan mengandung unsur hara. Bila persyaratan tersebut terpenuhi maka tanaman akan menghasilkan bunga terus menerus
sepanjang tahun.
Bunga kecombrang berwarna kemerahan
seperti jenis tanaman pisang-pisangan jika batang sudah tua bentuk tanamannya
mirip jahe dengan tinggi 5 meter. Bunga kecombrang termasuk salah satu anggota
famili Zingiberaceae dan merupakan sejenis tumbuhan rempah. Batang-batangnya
berbentuk semu bulat gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak,
saling berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang dan keluar dari rimpang yang
menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem kemerah-jambuan ketika
masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris berseling di batang semu,
helaian daun jorong lonjong dengan
ukuran 20-90 cm × 10-20 cm, dengan
pangkal membulat atau bentuk jantung tepinya bergelombang dan ujung meruncing
pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat berwarna hijau
mengkilap sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda. Kecombrang dipetik saat bunganya masih
kuncup dan berwarna merah muda. Batangnya yang muda dapat diiris halus ditumis
atau sebagai campuran sayuran berkuah. Di bagian dalam batangnya yang tua
terdapat batang berwarna putih yang sering disebut dengan rias, yang dapat
digunakan untuk campuran pada sambal atau hidangan ikan/seafood (Anonim, 2008)
2. Batang
Tanaman Kecombrang (Nicolaia spesiosa Horan) mempunyai batang berbentuk semu bulat
gilig membesar di pangkalnya tumbuh tegak dan banyak. Batang saling
berdekat-dekatan membentuk rumpun jarang keluar dari rimpang yang menjalar di
bawah tanah. Rimpangnya tebal berwarna krem kemerah-jambuan ketika masih muda.
3. Akar
Tanaman kecombrang (Nicolaia spesioasa
Horan) mempunyai akar berbentuk serabut dan berwarna kuning gelap.
4. Daun
Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa
Horan ) mempunyai daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris berseling, di
batang semu helaian daun berbentuk
jorong lonjong dengan ukuran 20-90 cm × 10-20 cm dengan pangkal membulat
atau bentuk jantung, tepinya bergelombang dan ujung meruncing pendek gundul
namun dengan bintik-bintik halus dan rapat berwarna hijau mengkilap sering
dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.
5. Bunga
Tanaman kecombrang ( Nicolaia spesiosa
Horan ) mempunyai bunga dalam karangan
berbentuk gasing bertangkai panjang dengan ukuran 0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm,
dengan daun pelindung bentuk jorong 7-18 cm × 1-7 cm berwarna merah jambu
hingga merah terang berdaging, ketika bunga mekar maka bunga tersebut akan
melengkung dan membalik. Kelopak berbentuk tabung dengan panjang 3-3,5 cm
bertaju 3 dan terbelah. Mahkota berbentuk tabung berwarna merah jambu berukuran
4 cm. Labellum serupa sudip dengan panjang sekitar 4 cm berwarna merah terang dengan tepian putih atau kuning.
6. Buah
Tanaman kecombrang (Nicolaia spesiosa
Horan) mempunyai buah berjejalan dalam
bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm, masing-masing butir besarnya 2-2,5
cm, berambut halus dan pendek di bagian
luar, berwarna hijau dan ketika masak warnanya menjadi merah.
7. Biji
Tanaman kecombrang ( Nicolaia spesiosa
Horan ) mempunyai biji banyak berwarna coklat kehitaman dan diselubungi salut
biji (arilus) berwarna putih bening atau
kemerahan yang berasa masam.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Di kebun raya purwodadi ditemukan berbagai tumbuhan yaitu spesies
Pohon Kayu Putih (eucalyptus alba), Gondoruso (Gendrussa vulgaris),
Kembang sepatu Mahkota Belah (Hibiscus scizopetallus), Melati air (Echinodorus
radicans), Tipa (Typha angustifolia), Sempur Bunga Kuning (Dillenia
suffruticisa), Sempur Filipina (Dillenia Philippinensis), Pohon Gada (Kigelia
africana), Sawo Kecik (Manikara kauki), Kecombrang (Nicolaia speciosa
Horan),
2.
Morfologi
yang diamati disetiap spesies yaitu meliputi akar, batang, daun, bunga, buah,
biji, habitat, perkembangbiakan.
5.2
Saran
KKL Purwodadi
sudah berjalan dengan baik. Namun alangkah lebih baik jika ketika praktek
lapangan, praktikan mengamati seluruh tanaman di lapangan tersebut. Sehingga
praktikan lebih memahami tentang keanekaragaman tanaman.
DAFTAR ISI
Bangun. (2002). Morfologi
Tumbuhan . Yogyakarta: kanisius.
Bangun, A. P. (2002). Phyllotaxis.
jakarta: Erlangga.
Brotowidjoyo. (1989). Fisiologi Tanaman.
Jakarta: Gramedia.
Corner. (1940). Tumbuhan Hutan. jakarata:
Gaya favorit Press.
Dasuki, M. (1991). Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: Tarsito.
haji,Hembing.2000.Ensiklopedia milenium: Bunga-bungaan.jakarta : gema insani
Hidayat. (1995). Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Kanisius.
http://ff.unair.ac.id/sito/index.php?search=Eucalyptus+alba&p=1&mode=search& more=true&id=208
http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_putih
Indrawan, Mochammad, dkk. 2009. Biologi konservasi.
Yogyakarta: Buku Obar press
kandaryanto,dkk.2006.Biologi
3:mengungkap rahasia alam indonesia.jakarta : galia indonesia
Kardinan, Agus.2008.Tanaman Pengendali Lalat Buah. jakarta: pt. Agromedia pustaka
Mus. 2010. http:www.plantamorf.com. Yogyakarta: diakses
tanggal 10 April 2012
Samsoeri, E. (1982). Ensiklopedi
Tumbuh-Tumbuhan. Surabaya: Karya anda.
Soerianegara, I, & A. Indrawan, 1978. Ekologi Hutan Indonesia.
Bogor:
Departemen Managemen Hutan.
Fakultas Kehutanan.
Steenis, van. 2006. Flora. Jakarta: pradya Paramita
Tjitrosoepomo, G. (1997). Morfologi Tumbuhan
. Yogyakarta: UGM Press.
Tjitrrosoepomo, G. (2009). Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.